Serang- Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Banten mencatat kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di tanah jawara pada tahun 2021 mengalami peningkatan.
Dari catatan mereka, pada tahun 2020 terdapat 630. Sedangkan pada tahun 2021 terdapat 829 kasus.
“Ini berdasarkan dari data yang dihimpun melalui hasil laporan dari seluruh kabupaten dan kota Se provinsi Banten, naik secara spesifikasi, angka kasus kekerasan terhadap perempuan itu sebanyak 328 kasus, sedangkan anak-anak itu 501 kasus,” kata Kepala DP3AKKB Banten, Siti Maani Nina kepada awak media, Senin 7 Febuari 2022.
Karakter atau kepribadian seseorang yang belum memiliki kestabilan emosional atau gemar marah dan suka melakukan tindak kekerasan, selain faktor ekonomi, yang menjadikan hal ini faktor kenaikan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi Banten meningkatkan.
“Makanya, sebelum membangun keluarga harus direncanakan dengan matang. Itu yang kita berikan pemahaman kepada remaja yang mau menikah,” jelasnya.
Pendampingan fisik dan mental terhadap korban kekerasan terus dilakukan dan DP3AKKB terus berkomitmen untuk menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Banten hingga tuntas.
“Korban yang mengalami kekerasan fisik akan ditangani secara medis, sedangkan korban yang mengalami kekerasan psikis akan didampingi dari sisi kejiwaan oleh psikolog,” katanya.
“Secara pisik, seksual, eksploitasi, trafficking, dan pelantaran, nah itu banyak terjadi yang dialami korban, kita menyediakan rehabilitas dengan melibatkan dinas terkait,” pungkasnya.
Editor: Fariz Abdullah
