Lebak- Ada tradisi menarik di Kabupaten Lebak saat bulan ramadhan. Apalagi menjelang buka puasa.
Ya, adalah ledakan meriam Masjid Agung Al-A’raaf. Suara menggelegar itu banyak dinanti-nantikan oleh masyarakat sekitar Kota Rangkasbitung.
Bagaimana tidak, ledakan itu menjadi sebuah pertanda bahwa waktu berbuka puasa telah tiba. Begitu pun imsakiyah.
Tradisi meriam ini dilakukan sejak tahun 1970 an dan sudah menjadi tradisi rutin setiap bulan suci ramadhan.
Meriam yang saat ini digunakan merupakan meriam buatan atau meriam tiruan yang terbuat dari tiang listrik.
Sebelumnya meriam yang digunakan, merupakan meriam asli yang bentuknya kecil dan keemasan, namun meriam tersebut sudah dikembalikan ke Masjid Agung Banten, Serang.
“Jadi kalau Meriam ini tidak bersuara, jadi masyarakat di Rangkasbitung suka menunggu-nunggu dan bertanya, kemana suara meriamnya,” katanya Ketua DKM Masjid Agung Al-A’Raaf Rangkasbitung, Eri Rahmat, Selasa, 5 April 2022.
Eri menjelaskan jika meriam yang saat ini digunakan, ada dua meriam. Sebagai penanda waktu berbuka.
“Jadi sekarang meriamnya ada dua, jadi ini dikeluarkan dua-duanya. Jika meriam yang satu tidak bersuara maka ada meriam satu lagi,” ujarnya.
Gelegar suara meriam tergantung arah angin, jika dalam kondisi bagus bisa terdengar sampai radius 5-7 kilometer.
Eri Rahmat menambahkan akan terus menjadi tradisi meriam di bagi warga Rangkasbitung dan juga di Masjid Agung Al-A’Raaf.
“Insyaallah tradisi akan terus kami jaga yah, tetap kami lestarikan,” ujarnya.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana