Lebak- Para pedagang dan pelaku UMKM Kabupaten Lebak dibuat resah oleh kebijakan pemerintah soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan Minyak Goreng.
Bagaimana tidak, kenaikan secara drastis itu membuat mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk modal berjualan.
Salah satunya dialami oleh Hasto, pedagang warung tegal alias Warteg di Rangkasbitung. Ia mengaku dilema, apakah akan menaikan harga jualannya, atau tetap diam dan merugi.
“Harga minyak goreng yang sekarang sudah selangit ini udah bikin kita kecekik pa, kita bingung,”kata Hasto, Kamis, 7 April 2022.
“Dilema kita, mau naikin harga tapi ekonomi lagi sulit, harga BBM naik semuanya naik. Kasih masyarakat, tapi kalau engga dinaikin kita yang rugi,”tambahnya.
Setiap harinya, Hasto mengaku harus merogoh kocek hampir Rp100 ribu untuk membeli 3 liter minyak goreng kemasan. Hal itu tentu akan menambah harga pokok penjualan pada dagangannya.
“Saat ini harga minyak goreng kemasan mencapai Rp 25 ribu perliternya, jadi setiap hari saya harus mengeluarkan biaya untuk minyak goreng saja sekitar Rp 75 ribu. Itu belum bensin buat belanjanya. Besin juga naik kan harganya,” ucapnya.
Sementara Rizki pelaku UMKM olahan makanan pangsit mengaku kini dirinya terpaksa harus membeli minyak goreng curah untuk memasak dagangannya yang harganya cuma Rp14 ribu perliter. Walaupun, kualitas minyak goreng curah sendiri jauh dengan minyak goreng kemasan.
“Cuma kendalanya untuk mendapatkan minyak goreng curah tersebut kita harus mau mengantre, tapi mau gak mau kita harus mengantre daripada kita harus mengeluarkan biaya lebih untuk minyak goreng kemasan,” ujarnya.
Ia pun berharap, agar pemerintah segera mencari solusi terkait persoalan hargaBBM dan minyak goreng ini.
“Pemerintah tolong, jangan buat kami nambah sengsara. Tolong pikirkan, bagaimana kita bisa makan dan bertahan hidup jika kebutuhan pokok kita terus naik,” pungkasnya.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana