Bandung – Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto memilih bergabung dengan Kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin yang merupakan lawan politiknya pada Pilpres 2019.
Prabowo menyadari Pilpres 2019 telah nyata membuat rakyat terbelah. Karena tak ingin bangsa terbelah, apalagi terjadi pertumpahan darah, Prabowo akhirnya memutuskan bergabung dalam Kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin.
Pentingnya keputusan Prabowo yang mengutamakan persatuan demi bangsa terbukti. Beberapa bulan setelah Kabinet Jokowi-Ma’ruf dilantik, pandemi COVID-19 menghantam Indonesia.
Dua tahun pandemi merundung Indonesia, selama itu pula seluruh komponen bahu-membahu mengatasinya.
Kilas balik perjalanan politik Prabowo Subianto ini diungkapkan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani saat menghadiri acara silaturahmi dengan ulama, pimpinan ormas, akademisi, cendekiawan, dan masyarakat Jawa Barat di Gedung Yayasan Darul Hikam, Bandung, Sabtu, 23 April 2022.
Tak Populer dan Disalahpahami
Menurut Muzani, sebagai negara besar, Indonesia harus memiliki pemimpin yang menjunjung tinggi persatuan.
Ia menekankan, untuk menjaga persatuan, semua pihak tidak boleh cepat tersinggung, apalagi dengan mementingkan harga diri dan kepentingan pribadi.
Hal itulah, kata Muzani yang membuat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memilih untuk menjaga persatuan bangsa usai Pilpres 2019 dengan bergabung ke kabinet Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
“Pembelahan yang mengancam persatuan bangsa amatlah nyata dan Pak Prabowo tidak mau bangsa ini terbelah, apalagi sampai terjadi pertumpahan darah. Karena itu, beliau memutuskan untuk menjaga persatuan ini dengan bersama-sama membangun pemerintah di bawah kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin,” kata Muzani seperti dikutip BantenHits.com dari Kompas.com.
Muzani mengatakan, meski keputusan tersebut tidak populer dan sering disalahpahami, langkah tersebut adalah harga sebuah persatuan sehingga suasana kondusif terjadi sampai sekarang.
Apalagi, lanjutnya, ketika Indonesia menghadapi pandemi COVID-19, kerukunan dan kebersamaan sangat dirasakan.
“Pemimpin-pemimpin kita terdahulu telah memberi teladan penting dalam menjaga persatuan bangsa. Sebagai contoh, Bung Karno memilih meninggalkan Istana Bogor daripada melawan rezim Orde Baru ketika itu, meskipun kekuatan Soekarnois amatlah memungkinkan untuk melawan,” ujarnya.
Di samping itu, Muzani mengatakan, Jawa Barat telah memberi dukungan yang sangat berarti kepada Prabowo maupun Gerindra dalam Pileg dan Pilpres 2019.
Sehingga, tanggung jawab Gerindra dalam menjaga komunikasi antara masyarakat Jawa Barat harus tetap terjaga.
“Kami yakin kedewasaan masyarakat Jawa Barat dalam menerima kenyataan politik akan mengutamakan persatuan bangsa di atas segala-galanya, meskipun pada awalnya keputusan itu mendapat pro dan kontra,” ucapnya.
Lebih lanjut, Muzani mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat Jawa Barat kepada Prabowo selama Pilpres 2019.
Namun, ia menekankan, perbedaan pilihan politik tersebut tidak mungkin untuk terus dipelihara.
“Tidak mungkin perbedaan antara 01 dan 02 itu terus dipelihara, karena kita harus menyongsong masa depan. Keputusan itu diambil Pak Prabowo semata-mata hanya untuk menjaga persatuan kesatuan rakyat dan bangsa dan itu kita rasakan sampai saat ini,” pungkasnya.
Editor: Fariz Abdullah