Baduy Diusulkan Jadi Wilayah Blank Spot Gara-gara Medsos; Begini Penjelasannya

Date:

FOTO ILUSTRASI. Warga Baduy saat berjalan kaki menuju pendopo Bupati Lebak untuk melaksanakan seba baduy. (istimewa)

Lebak- Kawasan adat budaya baduy diusulkan agar menjadi wilayah blank spot atau tidak ada signal handphone. Hal itu dilakukan semata-mata agar masyarakat adat tak tergerus perkembangan teknologi khususnya oleh keberadaan smartphone.

“Saat ini perkembangan IPTEK sudah menjadi pembahasan utama di internal lembaga Adat Baduy,”kata Pemerhati Budaya Baduy, Uday Suhada, Kamis, 12 Mei 2022.

“Hal itu karena perkembangan IPTEK khususnya Media Sosial dapat berdampak pada generasi muda di Baduy,” tambahnya.

Menurut Uday, media sosial sendiri terdapat banyam konten mengenai budaya luar yang dapat mempengaruhi para generasi muda.

Apalagi, lanjut Uday, peran orang tua di Baduy sangatlah rendah dalam mengawasi penggunaan media sosial oleh anaknya.

“Kita tahu kalau di luar (Luar baduy,-red) mungkin kita bisa kita ingatkan, mana waktunya belajar dan jangan dulu main HP. Sementara di Baduy, orang tuanya tidak paham, anak-anaknya dia tidak ada yang mengontrol. Konten apa yang dia lihat, yang dia baca,”katanya.

“Ini justru ada potensi yang besar untuk merubah cara berpikir anak-anak muda, khawatir kalau ini tidak diantisipasi ke depan itu akan kehilangan generasi penerusnya,”sambungnya.

Berdasarkan data yang diperolehnya, ada 9.000 warga Baduy yang terdaftar dan memiliki nomor telepon yang bahkan sudah menggunakan internet. Dari 9.000 nomor itu, 6.000 nomor telepon aktif yang mengatasnamakan warga Desa Kanekes.

Kata Uday, warga Baduy menggunakan Hp untuk berbagai keperluan, namun jika dipresentasikan, 60 % digunakan warga Baduy untuk membuka media sosial, 39 % untuk hal yang positif seperti berjualan secara online, selebihnya untuk berkomunikasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan era modern.

“Hemat saya pemerintah baik itu Kabupaten Lebak, Provinsi Banten bahkan Pemerintah Pusat untuk memperhatikan persoalan yang sangat membahayakan bagi generasi penerus Baduy ini,” ujarnya.

Dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk bermedia sosial, Uday pun mengungkapkan bahwa, para tokoh adat yang saat ini tengah membahas secara serius soal perkembangan dunia teknologi ini mengusulkan kepada Pemerintah untuk membuat atau menjadikan lokasi 5.000 hektare wilayah adat Baduy untuk menjadi titik blank spot atau daerah tanpa sinyal.

“Saya sudah beberapa kali ikut diundang dalam upacara para tokoh adat itu dan membahas soal persoalan perkembangan dunia teknologi. Dan ada keinginan dari tokoh-tokoh baduy agar pemerintah itu menjadikan wilayah Baduy sebagai daerah blank spot,”tuturnya.

“Supaya tidak dimanfaatkan oleh anak-anak mereka untuk bermedsos, itu salah satu solusi yang saya kira bisa tepat guna tepat sasaran,” tambahnya.

Sebetulnya, kata Uday, lembaga adat sendiri hanya memberikan toleransi penggunaan handphone untuk sarana komunikasi yakni pada tahun 1994 lalu.

Ia pun menegaskan, bahwa di Baduy sendiri memiliki Pikukuh atau aturan adat yang harus diikuti dan tidak boleh dilanggar khususnya bagi mereka yang melakukan Saba Budaya Baduy.

“Dulu saya punya handphone pun di sana tidak ada sinyal, di sana tidak ada jaringan begitu. Sehingga siapa pun tidak bisa memanfaatkan teknologi itu, karena itu lembaga adat juga meminta dan saya sarankan kita bareng-bareng diskusi dengan pemerintah daerah di kabupaten Lebak,”pungkasnya.

Editor: Darussalam Jagad Syahdana

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Kapolri Ungkap Peran Besar Muhammadiyah bagi Bangsa

Berita Jakarta - Muhammadiyah senantiasa selalu mengingatkan seluruh elemen...

Dua Parpol Pemilik Suara Besar di Banten Gelar Pertemuan Tertutup, Isyarat Koalisi Mencuat

Berita Banten - Partai Golkar dan Partai Gerindra yang...