MUI Kab. Serang Blak-blakan soal Hukum Menyematkan Gelar Haji

Date:

Ketua MUI Kabupaten Serang, KH. A. Khudori Yusuf memberikan penjelasan mengenai penyematan gelar haji pada nama. (Bantenhits/Muhammad Uqel)

Serang – Seluruh umat Muslim di dunia belum lama ini telah selesai melaksanakan ibadah haji 1443 Hijriah atau 2022 Masehi.

Tak terkecuali umat Muslim Indonesia, para jemaah haji asal Tanah Air telah selesai melaksanakan rukun islam ke lima dan telah tiba di kampung halamannya masing-masing pada 25 Juli 2022 lalu.

Jika melihat tradisi yang ada pada umat Muslim di Indonesia, biasanya ketika usai melaksanakan ibadah haji mereka menyandang panggilan haji atau hajjah bagi muslimah.

Ketua MUI Kabupaten Serang, KH. A. Khudori Yusuf mengatakan, hukum menyematkan gelar haji tergantung kepada tujuannya, jika menyematkan gelar haji dengan tujuan untuk kesombongan, kebanggaan, ingin di hormati , disegani atau ditakuti orang maka ini tidak boleh. Namun, apabila menyematkan titel haji untuk tanda syukur, menjaga moralitas yang dapat mengingatkan pemiliknya untuk senantiasa berlaku baik dan juga mengingatkan bahwa dia telah melakukan ibadah haji yang mana ibadah itu merupakan Ibadah penuh dengan perjuangan lahir dan batin, moril dan materil, ruhani dan jasmani hingga pertaruhan nyawa maka ini hukum nya boleh.

“Memang tujuan penyematan gelar haji itu ditujukan untuk memperingatkan yang telah berhaji untuk menjaga sikapnya, jangan berbuat keburukan dan kemaksiatan,” jelasnya, Rabu 27 Juli 2022.

Kiyai yang akrab disapa Abah Khudori ini menuturkan, umat muslim Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, masyarakat Indonesia yang berhaji kerap ditandai dengan penggunaan peci putih atau peci haji. Menurutnya, orang yang belum berhaji tidak berani menggunakan peci haji sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang sudah melaksanakan ibadah haji.

“Juga sakral kopiah haji itu. Itu bagian dari kontrol moral. Oleh karena itu, orang yang telah berhaji tidak perlu gamang untuk menyematkan gelar haji itu dalam namanya, dan harus percaya diri dalam memakainya. Kalau pun tidak memakainya bukan suatu masalah,” ucapnya.

Editor: Fariz Abdullah

Author

  • Muhammad Uqel

    Muhammad Uqel Assathir menggeluti dunia jurnalistik sejak menjadi aktivis kampus. Uqel--begitu dia biasa disapa-- menghabiskan waktu selama kuliah untuk menyelami dunia pergerakan mahasiswa dan jurnalistik kampus. Pria asal Kabupaten Serang ini memiliki ketertarikan juga terhadap dunia desain.

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related