Berita Jakarta – Indonesia terletak dekat dengan zona subduksi yang dapat menyebabkan tsunami di seluruh samudera. Karenanya, masyarakat pesisir Indonesia harus memiliki pengetahuan yang ckup mengenai potensi ancaman tsunami dan kerentanan terhadap wilayah.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Geofisika pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Nelly Florida Riama saat membuka Side Event UNESCO-IOC 2nd Global Tsunami Symphosium 2024 di Balee Meuseuraya Aceh (BMA), Ahad, 10 November 2024.
Acara ini akan berlangsung selama tiga hari mulai 10-12 November 2024 dengan peserta meliputi LSM, praktisi, komunitas, dan peneliti yang telah mendaftarkan diri untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka dalam bentuk stan pameran, ignite stage, dan sesi poster.
Rentan Tsunami
Menurut Nelly, karena Indonesia merupakan salah satu negara di Samudera Hindia yang rentan terhadap bahaya tsunami, maka keberadaan sistem peringatan dini tsunami menjadi suatu keharusan untuk menyelamatkan nyawa masyarakat.
“Indonesia terletak dekat dengan zona subduksi yang dapat menyebabkan tsunami di seluruh samudera, seperti yang kita pelajari pada tahun 2004 saat gempa Aceh-Andaman,” kata Nelly dilansir laman resmi BMKG.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, lanjutnya, merupakan tanggung jawab bersama untuk membangun kapasitas agar saling menginformasikan secara tepat waktu kepada negara-negara Samudera Hindia lainnya tentang kemungkinan ancaman tsunami.
Di sisi lain, meningkatkan mitigasi bencana, terutama gempabumi dan tsunami akan menjadi bagian penting dari strategi pembangunan kota pesisir Indonesia.
Pada kesempatan ini, BMKG mendorong semua pihak untuk membangun, memperkuat, dan mengembangkan kapasitas dan kemampuan dalam merespon ancaman tsunami yang disebut “Tsunami Ready Community” yang merupakan kontribusi terhadap Dekade Sains Kelautan PBB, yaitu menjadikan 100% masyarakat yang berisiko tsunami siap dan tangguh terhadap tsunami pada 2030.
Pengurangan Risiko Tsunami
Sementara itu, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan tujuan utama dari side event ini adalah untuk mendorong dan mendukung para pemuda dan ilmuwan muda, pekerja tsunami, komunitas, pemerintah daerah dan media yang memiliki minat terhadap pengurangan risiko tsunami untuk menunjukkan kinerja dan hasil terbaru dari kegiatan dan inovasi mereka dalam bidang mitigasi tsunami, sesiapsiagaan tsunami, kesadaran tsunami, dan peringatan dini tsunami.
Juga untuk mengindentifikasi kesenjangan, tantangan, dan prioritas peringatan dini tsunami. Pun, diskusi yang dilakukan pada panggung ignite stage akan mengidentifikasi sinergi dengan tantangan global dan koherensi dengan komitmen global, khususnya dekade ilmu pengetahuan kelautan PBB untuk pembangunan berkelanjutan.
Acara Side Event Simposium Tsunami Global juga mengundang lembaga/organisasi, pakar, tokoh masyarakat, penyintas tsunami untuk berbagi cerita, praktik terbaik, serta pembelajaran yang berkaitan dengan kesiapsiagaan tsunami.
“Saya sangat menghargai profesionalisme dan semangat Anda dalam kepedulian terhadap tsunami. Pemikiran dan gagasan Anda akan sangat penting karena akan membantu kami mengidentifikasi inisiatif dan kegiatan yang dapat kita lakukan bersama melalui kerja sama yang kuat,” ucap Daryono.