Tangerang – Jajaran kepolisian melakukan penyekatan massa di sejumlah titik yang menjadi akses masuk massa dari Banten ke Jakarta sejak aksi 22 Mei di Bawaslu hingga aksi 26-27 Juni di Mahkamah Konstitusi.
Penyekatan dilakukan di gerbang tol, stasiun, terminal, dan jalan utama. Namun, meski penyekatan telah dilakukan, massa dari Banten tetap bisa masuk ke Jakarta.
Bagaimana cara massa dari Banten bisa tembus ke Jakarta? Dan kenapa mereka masih bersikukuh ikut aksi meski pada aksi sebelumnya memakan korban tewas, termasuk dari kalangan santri?
BACA JUGA: Korban Aksi 22 Mei Alami Penyiksaan hingga Salah Tangkap
Tidak Menonjolkan Diri
Ikhwan, salah seorang peserta aksi dari Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, kepada BantenHits.com mengungkapkan, mayoritas peserta aksi dari Banten berasal dari kalangan santri sejumlah pondok pesantren di Banten.
“Santri terbanyak dari Banten,” ungkap Ikhwan.
“Mereka berangkat tidak bergerombol. Strategi mereka tidak menonjolkan diri mau ikut aksi,” sambung Ikhwan.
Manfaatkan Jaringan Santri
Tajudin, santri asal Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang menambahkan, santri-santri asal Kabupaten Tangerang yang ikut aksi hampir berasal dari semua kecamatan di Kabupaten Tangerang.
“Ada yang dari Kresek, Balaraja, Kronjo, Rawa Kidang, Curug,” terangnya.
Selain berangkat tidak bergerombol, Tajudin mengaku dirinya dan peserta aksi lainnya memanfaatkan jaringan dengan santri lain di Jakarta. Mereka yang berangkat dalam jumlah kecil ini akhirnya bisa ketemu di Jakarta.
“Kami datang sejak tanggal 25 (Juni) di Jakarta,” ujarnya.
Tajudin menyebut, alasan dirinya dan santri lainnya ikut aksi di MK karena ingin MK tidak mengecewakan harapan mereka dengan memberikan keputusan yang adil.
“(Berharap) MK tidak mengecewakan,” Benernya.
Sebelumnya, ratusan massa aksi asal Tangerang turut meramaikan aksi mendengarkan keputusan sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi, Kamis pagi, 27 Juni 2019. Mereka didominasi santri yang usianya masih belia.
BACA JUGA: Tulisan di Kaos yang Dikenakan Santri Asal Tangerang saat Aksi di MK Bikin Merinding
Para santri belia ini mayoritas datang mengenakan kaos hitam dengan tulisan putih di bagian belakang. Pada bagian akhir tulisan disebutkan keterangan, jika tulisan merupakan kutipan pernyataan Bahar bin Smith, penceramah yang juga pengurus FPI yang kini dipenjara dengan tuduhan penganiayaan.
Saat aksi 22 Mei 2019 menolak hasil Pemilu di Jakarta, dua warga Banten, tercatat menjadi korban tewas tertembak peluru. Mereka adalah Abdul Aziz (27), santri asal Pandeglang dan Bachtiar Alamsyah (23), aktivis masjid asal Batu Ceper, Kota Tangerang.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana