Mengungkap Sebab Kantor Dagang VOC Pertama di Indonesia Didirikan di Banten

Date:

Keadaan Kota Banten tahun 1596. Pada masa ini, kapal-kapal dagang Belanda untuk pertama kalinya masuk ke Banten. (FOTO: Heriyanti O. Untoro dalam buku “Kebesaran dan Tragedi Kota Banten”)

Berita Banten – Kapal-kapal dagang Belanda untuk pertama kalinya berhasil memasuki wilayah Banten pada 1596. Saat itu Kesultanan Banten dipimpin Pangeran Muhammad, anak dari Sultan Maulana Yusuf yang merupakan Raja Banten ke dua setelah Sultan Maulana Hasanudin.

Saat diangkat jadi raja, usia Pangeran Muhamad masih di bawah umur. Oleh karena itu yang bertindak sebagai wali raja saat itu adalah Pangeran Aria Japara.

Hal tersebut diungkap Heriyanti O. Untoro lewat bukunya ‘Kebesaran dan Tragedi Kota Banten’ yang diterbitkan Yayasan Kota Kita Jakarta, 2006 lalu.

“Pada masa pemerintahan Pangeran Muhammad ini, terjadi suatu episode sejarah penting, yaitu datangnya Bangsa Belanda pertama kali pada tahun 1956,” tulis Heriyanti dikutip BantenHits.com, Sabtu, 13 Januari 2024.

Kedatangan kapal-kapal dagang Belanda ini, lanjutnya, dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan berlabuh di Pelabuhan Banten.

“Catatan orang Belanda menguraikan pula mengenai ramainya pedagang asing lain yang juga berniaga di Pelabuhan Banten beserta dengan barang-barang yang diperdagangkannya,” ungkap Heriyanti.

“Agaknya menjelang akhir Abad XVI, Kota Surosowan Banten sudah mendapat perhatian pedagang internasional dan merupakan tempat pertemuan bagi kaum saudagar,” lanjutnya.

Berdasarkan sumber tertulis yang ditemukannya, Heriyanti menyebut, sultan-sultan yang memerintah Banten setelah Abad XVI telah banyak dipengaruhi oleh Belanda, baik dalam tata pemerintahan maupun perdagangan di kalangan kesultanan.

Hal ini terbukti dengan didirikannya kantor dagang VOC di Banten tahun 1602, dimana kantor dagang VOC tersebut merupakan yang pertama didiriikan di seluruh kepulauan Indonesia.

“Agaknya penguasa pada waktu itu, yaitu Abdul Mufakir Mahmud Abdul Kadir (1596-1640), banyak memberikan kewenangan bagi saudagar Belanda, sehingga pihak tersebut dapat menanamkan pengaruhnya di Kesultanan Banten,” jelasnya.

Selain itu, terjadi juga hubungan dagang dengan Kesultanan Banten, Belanda maupun Inggris–karena keduanya berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga Kota Banten sering dijadikan arena permusuhan antara kedua bangsa itu.

“Keadaan ini makin bertambah buruk ketika terdapat pula pertikaian di antara keluarga Sultan yang mencari-cari sekutu untuk mempertahankan kepentingan masing-masing,” beber Heriyanti mengutip Burger, DH dan Prajudi dalam Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia.

 

 

 

 

 

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Disnakertrans Kabupaten Serang Tingkatkan Pelayanan Berbasis Digital

Berita Serang - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)...

Adakah yang Lebih Nyaman dan Meriah dari Nobar Timnas U-23 di Taman Elektrik Kota Tangerang?

Berita Tangerang - Ribuan warga Kota Tangerang datang menyemut...

Kembali Latih Warga Membatik, Bupati Serang Komitmen Jaga Budaya

Berita Serang - Pemerintah Kabupaten Serang melalui Dinas Koperasi...