Mulianya Tugas Mu Nek! Jaga Perlintasan KA Rangkabsitung-Tanah Abang Tanpa Palang Pintu Hanya dengan Insting

Date:

Nenek Maimunah (60), Warga Kampung Kebasiran, Desa Karang Tengah, Kecamatan Pagedangan, Saat Menjaga Jalur Lintas Kereta Api. (Bantenhits/Rikhi Ferdian)

Tangerang- Jalur perlintasan kereta api di Kampung Kebasiran, Desa Karang Tengah, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, sudah bertahun-tahun dibiarkan tanpa palang.

Jalur Commuter Line yang dilewati oleh rangkaian gerbong lokomotif jurusan Rangkasbitung-Tanah Abang itu pun dianggap rawan kecelakaan. 

Pasalnya, volume kendaraan yang melintasi rel cukup padat. Menurut warga, tak sedikit pengendara yang pernah disambar oleh kereta listrik yang melintas dari dua arah tersebut.

Untuk menjaga keamanan serta keselamatan pengendara yang hendak menyeberangi rel para warga pun membuat pos penjagaan dengan cara swadaya.

Secara bergantian, warga kampung Kebasiran RT 01 RW 06 dan RT 02 RW 05 mendapat giliran untuk menjaga jalur lintas kereta api yang dinilai cukup berbahaya ini.

Salah satu warga yang rutin menjaga rel adalah, Maimunah. Dengan hanya mengenakan kerudung dan daster motif bunga sederhana nenek berusia 60 tahun ini rutin berjaga, berdiri di pinggir rel, selama dua sampai empat jam setiap harinya. 

“Setiap hari saya (jaga) di sini dari jam 2 siang sampai sore. Kadang-kadang sendiri kadang ditemenin sama anak. Kalau saya lagi ada urusan suka gantian sama suami,” Kata Maimunah saat ditemui BantenHits, Rabu 6 Oktober 2021.

Menjaga jalur lintas kereta api bukanlah perkara mudah. Maimunah yang sama sekali tak punya pengalaman sebagai penjaga jalan lintas (PJL) kereta api itu mengaku hanya bermodalkan insting semata.

Selama berjaga, ia hanya cukup fokus memperhatikan lampu lalu lintas yang berada di pinggir rel. Kata dia, saat lampu peringatan sudah berwarna hijau itu artinya akan ada kereta api yang merentas.

Tak hanya itu, telinga nenek tua ini juga harus selalu waspada. Agar suara klakson yang dibunyikan oleh masinis kereta api dari kejauhan bisa terdengar. 

“Tahu kereta datang itu melihat kode lampu hijau dan suara klakson kereta untuk patokannya,” Terangnya

Saat kereta api mulai mendekat, bambu yang dibuat sebagai palang alakadarnya oleh para warga pun langsung dia turunkan hingga melintang di tengah jalan. Dengan sigap, nenek bersuamikan anggota Linmas ini pun langsung menyetop para pengguna jalan yang hendak menyeberang melintasi rel. 

Ketika lintasan dirasa sudah aman, baru kemudian ia menaikan palang bambu yang diikat dengan tali seadanya itu, agar para pengendara bisa kembali melanjutkan perjalanannya. 

“Sebenarnya ada rasa takut juga tapi apalagi kereta yang lewat cukup kencang. Tapi mau gimana lagi. Karena sebelum dijaga sering ada kecelakaan. Pengendara motor dan mobil pernah ditabrak kereta,” Ungkapnya

Namun, rasa lelahnya terobati ketika ada pengemudi yang memberikan uang receh ke dalam wadah yang dia sodorkan kepada para pengendara.

Meski yang diterimanya cuma uang koin lima ratusan dan beberapa lembar uang kertas yang sudah lecak. Keselamatan para pengguna jalan tetap menjadi prioritas baginya. Entah berapa banyak nyawa pengendara yang sudah ia selamatkan. 

“Nggak nentu sih sehari dapat berapa kalau ramai bisa 30 ribuan ya diambil buat yang jaga aja. Dipakainya untuk keperluan sehari-hari,” Ucapnya

Ia juga mengungkapkan, sebelum dijaga oleh warga jalur perlintasan kereta api di kampungnya itu rawan kecelakaan. Insiden maut yang merenggut nyawa pengendara karena tertabrak kereta api cukup sering terjadi.

Terlebih, ruas jalan yang melewati dua rel kereta api dari arah Jakarta menuju Rangkasbitung dan sebaliknya itu,  menjadi salah satu akses utama warga sekitar untuk beraktivitas sehari-hari.

Pada pagi dan sore hari jumlah kendaraan yang melintasi rel cukup padat. Tak jarang, nenek tua ini harus sedikit tegas jika ada pengendara yang mencoba menerobos dan tak menghiraukan keselamatannya.

“Sudah lama kondisinya begini (tanpa palang) dari pas cuma satu rel makanya rawan kecelakaan kalau nggak dijaga. Sudah pernah diajuin supaya ada palangnya tapi nggak disetujui sama KAI alasannya karena ini jalanan mati atau jalan kampung,” Ulasnya

Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat dari kampung Kebasiran, Desa Karang Tengah, Ma’mun Hidayat berharap, PT.KAI maupun phak desa beserta kecamatan bisa memberikan perhatiannya. Supaya, jalur perlintasan kereta api tersebut bisa lebih aman untuk dilewati.

“Ke depan pastikan bakal lebih maju, jalanan mungkin akan diperlebar lagi. Apalagi di sini sudah mulai ada pembangunan perumahan. Sudah pasti kendaraan yang lewat akan lebih banyak. Jangan sampai ada korban lagi,” Pungkasnya.

Editor: Fariz Abdullah

Author

  • Rikhi Ferdian Herisetiana

    Pria kelahiran Jakarta ini memiliki latar belakang sarjana pendidikan. Ketertarikan pada dunia literasi membuat Rikhi--begitu dia biasa dipanggil--memilih jalan hidup sebagai jurnalis.

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Jajaki Koalisi untuk Banten yang Lebih Baik, Dua Perempuan Nakhoda Partai Besar Gelar Pertemuan di Tanggal Cantik

Berita Banten - Penjajakan koalisi untuk menghadapi Pilkada Serentak...

Ada PJU Mati di Kota Tangerang? Hubungi Kontak-kontak Ini Agar Cepat Ditangani!

Berita Tangerang - Buat warga yang mendapati lampu penerangan...

Indonesia Emas 2045 Jadi Fokus, Ini Cara Ratu Tatu Padukan RPJPD dengan RPJPN

Berita Serang - Indonesia Emas 2045 menjadi fokus Rencana...

Dukungan Polri ke Kementan untuk Wujudkan Swasembada Pangan Jadi Energi Baru Pertanian

Berita Jakarta - Kementerian Pertanian dan Kepolisian Republik Indonesia...