Pelaku Umumnya dari Kelas Ekonomi Bawah, Kejati DKI Jakarta Selesaikan 30 Perkara Pidana di Luar Proses Hukum

Date:

Sepanjang 2022 ini, Kejati DKI Jakarta telah menerapkan restorative justice terhadap 30 perkara tindak pidana di antaranya pencurian dengan latar belakang pelaku yang merupakan kelas ekonomi bawah., FOTO ILUSTRASI: Jajaran Kejari Cilegon saat menerapkan restorative justice pada perkara kecelakaan lalu lintas. (Dok.BantenHits.com)

Berita Jakarta – Kasus-kasus yang menjerat warga kelas ekonomi bawah di Jakarta, menjadi kasus yang umumnya diselesaikan Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta melalui restorative justice atau penyelesaian tindak pidana di luar proses hukum.

Sepanjang 2022 ini, Kejati DKI Jakarta telah menerapkan restorative justice terhadap 30 perkara tindak pidana di antaranya pencurian dengan latar belakang pelaku yang merupakan kelas ekonomi bawah.

Wakil Kepala Kejati DKI Jakarta Patris Yusrian Jaya mengatakan, sebenarnya ada 32 tindak pidana yang diusulkan diselesaikan lewat restorative justice, namun hanya 30 perkara yang dikabulkan.

“Umumnya kasus-kasus yang 30 itu tindak pidana yang berkaitan nilainya kecil, kemudian ancaman pidananya dibawah 5 tahun,” kata Patris kepada wartawan di Kantor Kejati DKI Jakarta, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 29 Desember 2022 seperti dikutip BantenHits.com dari Suara.com.

“Dan kemudian korbannya sudah memaafkan tidak ada lagi kerugian, kemudian sudah dilakukan perdamaian dan kasus tersebut sepakat untuk tidak diteruskan penuntutannya di pengadilan,” sambungnya.

Dia menjelaskan beberapa perkara sebagaian tindak pidana pencurian. Latar belakang pelaku mencuri karena alasan ekonomi seperti untuk makan dan biaya berobat anak atau orang tuanya.

“Ada lagi yang mencuri karena anaknya mau beli susu, bukan orang mau mencuri untuk kaya,” kata Patris.

Karena berbagai latar belakang itu, Kejati DKI Jakarta setelah menerima perkara tahap dua dari kepolisian, memilih untuk tidak melanjutkannya di meja hijau.

“Sehingga atas dasar kemanusiaan, kita upayakan penyelesaiannya melalui mekanisme restorative justice tanpa mengesampingkan kepentingan korban,” ungkap Patris.

Patris memastikan restorative justice terhadap sejumlah perkara pidana, tidak mengesampingkan para korban yang dirugikan.

“Karena pada dasarnya tujuan penegakan hukum ini melindungi korban. Jadi korbannya itu kerugiannya kita pulihkan, kemudian sudah memaafkam secara ikhlas tanpa adanya paksaan,” ujar dia.

“Dengan demikian keadaan kembali seperti semula, sehingga kita merasa tidak perlu lagi orang ini dipenjara atau dilakukan proses hukumnya,” sambungnya.

Sementara itu, dua kasus yang bersingguangan dengan rasa kemanusian, namun tidak dapat diterapkan restorative justice, Kejati DKI Jakarta mengupayakannya dengan tuntutan yang lebih ringan.

“Kalau ada yang dua katannya tidak dikabulkan (restorative justice), itu mungkin saja secara rinci, kita cek apakah tidak memenuhi syarat-syarat tadi. Tapi tetap kita pertimbangkan, walaupun dilanjutkan ke tahap penuntutan, kita tuntut nanti secara ringan,” ujarnya.

Sumber: Suara.com

 

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Tak Ada Kabupaten Tangerang, Ini Wilayah-wilayah yang Jago Inovasi Pelayanan Publik di Banten!

Berita Banten - Wilayah-wilayah di Banten ini layak diapresiasi....

Langkah Sungguh-sungguh Para Pemangku Kepentingan Mewujudkan Banten yang Lebih Baik

Berita Banten - Langkah-langkah menuju Banten yang lebih baik...

Disnakertrans Kabupaten Serang Tingkatkan Pelayanan Berbasis Digital

Berita Serang - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)...