Sejumlah Elemen Kompak Lawan Politik Dinasti di Pilgub Banten

Date:

Banten Hits – Pemilihan Gubernur (Pilgub) Banten akan dilaksanakan pada tahun 2017 mendatang. Namun, Provinsi Banten dinilai tidak akan berubah ke arah yang lebih baik, jika ada di lingkungan keluarga mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah menjadi pemimpin di tanah Jawara.

Sejumlah elemen, mulai dari akademisi, aktivis anti korupsi, dan sastrawan di daerah tersebut sepakat untuk melakukan gerakan yang massif, melawan kekuatan politik Dinasti Atut Chosiyah. Hal tersebut terungkap dalam sebuah diskusi, di salah satu angkringan di depan Kampus UPI Serang, kawasan Jalan Lingkar Selatan, Ciracas, Kota Serang, Rabu (14/1/2016).

“Siapa pun Cagubnya, kalau berpasangan dengan Dinasti, saya tidak akan mendukung,” kata sastrawan, Golagong.

Menurutnya, Banten tidak akan berubah ke arah yang lebih baik, jika Dinasti Ratu Atut terpilih kembali pada Pilgub 2017, baik sebagai Gubernur maupun menjabat sebagai Wakil Gubernur. Masyarakat Banten kata dia, harus mempunyai keinginan dan kemauan agar Banten bisa berubah. Apalagi, jika melihat sepak terjang keluarga Ratu Atut.

“Kalau sampai menang, saya akan pindah dari Banten. Nalar saya jadi mandeg. Untuk apa tinggal di sebuah kota, di mana masyarakatnya tidak mau berubah,” tegasnya.

Ia menjelaskan, gerakan “Say No To Dinasty” merupakan gerakan perlawanan, upaya memerangi berkuasanya kembali kekuatan politik yang menurutnya korup.

Sementara itu, menurut akademisi Untirta Boyke Pribadi. Rano Karno sangat berpeluang untuk terpilih kembali sebagai Gubernur, dengan catatan Rano selamat dari jerat hukum pasca ditangkapnya dua anggota DPRD Banten terkait kasus suap pendirian Bank Banten, dan laporan Tubagus Chaeri Wardana (TCW).

“Rano Karno jika tidak terkena kasus hukum, berpeluang terpilih lagi jadi gubernur Banten 2017. Apalagi, jika kepemimpinannya bagus, semua sudah disediakan negara. Kampanyenya  tinggal mengikuti program yang sudah ada,” urainya.

Kegiatan tersebut juga dihadiri Presiden Taman Bacaan Masyarakat Firman Venayaksa, peneliti sosial media anti korupsi dan Muhammad Zamzam Fauzanafi, serta relawan Rumah Dunia Abdul Salam, dan enterpreuneur Edi Sufandi.(Nda)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related