Harga Kedelai Impor Naik, Perajin Tahu Tempe di Serang Perkecil Ukuran

Date:

Perajin Tahu Keluhkan Kenaikan Kedelai
Perajin tahu tempe mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor. Memperkecil ukuran dan mengurangi jumlah produksi menjadi cara agar usahanya tetap berjalan lancar. (Banten Hits/Saepulloh)

Serang – Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS membuat perajin tahu tempe di Kota Serang mengeluh. Mereka terkena imbas lantaran bahan baku yang digunakan merupakan kedelai impor.

Udin, salah satu perajin tahu di Kampung Domba, Kecamatan Lopang, Kota Serang mengaku, beberapa bulan terakhir ini harus memutar otak agar usahanya tidak gulung tikar akibat terdampak lemahnya nilai tukar rupiah.

“Kita kesulitan kalau harus menaikkan harga, harus kumpul semua (perajin) untuk menyepakati kalau harga mau dinaikkan,” tutur Udin, Senin (10/9/2018).

Menurutnya, kenaikan harga kedelai sudah mulai terasa sejak bulan puasa. Meski untung penjualan menjadi tipis, ia belum menaikkan harga jual produksi.

“Sekarang harga kedelai itu Rp7.500 per kg. Buat mengakalinya, saya perkecil ukurannya,” katanya.

Hal senada juga dirasakan Nawawi, perajin lainnya yang mengakui kenaikan harga kedelai saat ini sangat dirasakan dampaknya terhadap keuntungan yang didapat.

“Semula harganya Rp6.300, sekarang mencapai Rp7.500, akhirnya kami akali dengan mengurangi produksi, awalnya 500 kg sekarang 300 kg,” katanya.

Nawawi berharap, pemerintah dapat segera mencari solusinya, terutama terkait
Para perajin berharap, pemerintah segera mencari solusi terkait kenaikan harga kedelai. Sebenarnya, kualitas kedelai lokal tidak kalah dengan impor. Namun, ketersediaan kedelai impor yang membuat perajin terpaksa harus impor dari Amerika.

“Ya bagaimana kami mau pakai kedelai lokal, kalau saat panen kita bisa pakai. Cuma tidak setiap saat ada, kata Dinas Pertanian Banten waktu itu juga, kita kekurangan kedelai lokal, makanya impor,” ungkapnya.

Budidaya kedelai terdapat di Lebak dan Pandeglang. namun disayangkan pembinaan dan pengelolaan oleh pemerintah belum berjalan maksimal.

Sementara itu, Manajer Koperasi Sumber Rezki Barokah yang membina 50 perajin tahu tempe dan oncom, Maulana mengaku, belum ada keluhan yang keras dari para anggota koperasinya. Meski begitu, ia berharap, pemerintah dapat menyiapkan mitigasi agar tidak terjadi kenaikan harga kembali.

“Kita belum mengadakan koordinasi juga, tapi saat ini masih dapat diatasi dengan cara memperkecil irisan,” ucapnya.

Ia mengingatkan bahwa para perajin pernah melakukan aksi mogok karena kecewa dengan kenaikan harga dan sulitnya mendapat bahan baku.

“Kami harap pemerintah dapat memperhatikan ini, walaupun kami usaha kecil, tapi menentukan kondisi di pasar, karena jika tidak ada tahu dan tempe pasti pasar akan goyang,” ujar Maulana.

Kata dia, kurangnya ketersediaan kedelai lokal sudah kerap didiskusikan, namun karena belum berkelanjutannya produksi kedelai lokal, maka tetap diambil solusi impor.

“Setiap hari kami butuh 10-15 ton, bisa dihitung berapa omzetnya, jadi kalau kami tidak diperhatikan oleh pemerinyah ya mau kemana lagi kita,” imbuhnya.(Nda)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Setelah Sebatik Merambah Pasar Taiwan hingga Belanda, Kini Giliran Sepatu Lokal ‘Dorks’ Diekspor ke Senegal

Berita Tangerang - Sepatu-sepatu lokal di Kabupaten Tangerang yang...

Kata Pejabat Kemenko Perekonomian dan Bank Indonesia soal Inflasi dan Digitalisasi di Banten

Berita Banten - Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID...

Emang Boleh Ada Bolen Selegit ‘Ovenin’ Buatan Sri?

Berita Tangerang - Sri Yuningsih memberikan garansi tentang keunggulan...

bank bjb Kembali Dipercaya Jadi Penempatan RKUD Kota Tangsel

Berita Tangsel - bank bjb kembali dipercaya sebagai tempat...