Seren Taun Citorek dan Cisitu, Sebuah Kesatuan Adat Banten Kidul

Date:

Kata-kata yang sangat sederhana, tetapi sarat dengan makna. Itulah pandangan hidup masyarakat kasepuhan adat Banten Kidul, sebuah masyarakat modern yang berbalut adat istiadat karuhun. Filosofi dalam tuturan kata-kata tersebut, merupakan penerimaan terhadap pandangan atau pola hidup yang harmonis dan sinergis antara adat, agama, dan negara. 

Bangunan-bangunan yang berdiri tengah-tengah perkampungan masyarakat penuh dengan simbol, makna, dan nilai-nilai yang tersembunyi di dalamnya. Bangunan masjid merupakan simbol dari agama yang dianut oleh masyarakat, pendopo merupakan lambang simbol negara, sementara rumah adat merupakan simbol dari adat istiadat. 

Seren Taun adalah ritual tahunan yang telah menjadi kalender pariwisata Provinsi Banten. Tergolong kategori wisata budaya, yang secara leading sektor difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 

Ritual ini juga merupakan ajang silaturahmi antara anggota masyarakat kasepuhan dengan Ketua Adat, di mana masyarakat Kasepuhan melaporkan kegiatan selama setahun kepada Kepala Adat. Melibatkan seluruh masyarakat Kasepuhan yang dipimpin oleh Kepala Adat (Abah). 

Setelah menentukan waktu pelaksanaan ritual, kemudian Abah mengundang para penasehat, perangkatKasepuhandan para Rendangan (perwakilanMasyarakatadat), tokoh agama, tokohpemuda, pemerintah desa, kecamatan, kepolisian dan menyampaikan rangkaian kegiatan yang dimaksud.

Banten, merupakan salah satu wilayah di Nusantara yang memiliki sumber-sumber kearifan lokal yang sangat kaya dan beragam. Salah satu sumber dan wujud kearifan lokal yang berasal dari budaya Banten adalah hadirnya entitas (kelompok) budaya masyarakat Kasepuhan Citorek dan Cisitu. 

Mereka telah memiliki tata nilai kehidupan tersendiri, norma, keyakinan (ideology), kebiasaan, konsepsi dan simbol-simbol berbeda dengan tata nilai yang ada dan menyebar di berbagai wilayah Indonesia. Komunitas Kasepuhan Citorek dan Cisitu merupakan “Warga kesatuan adat Banten Kidul” dengan Tatali Paranti Karuhun (Ikatan warisan leluhur).

Ini menunjukkan adanya kesinambungan yang harus terus dijaga antara masa silam, masa kini dengan masa depan, terdapat satu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa lainnya di dunia ini. Keberhasilan dan kegagalan telah tertulis oleh sejarah, tinggal bagaimana kita bisa belajar dari proses yang pernah terjadi tersebut untuk dapat menjadi bangsa yang besar dan mandiri.

Secara administrastif kampung adat Cisitu, berada di dua desa yaitu Desa Kujangsari dan Desa Situmulya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, ProvinsiBanten. Di sisi Utara berbatasan dengan Gunung Palasari, Kasepuhan Ciptagelar, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 

Di sebelah Selatan, berbatasan langsung dengan Gunung Tumbal, Kasepuhan Cisungsang. Di samping Timur berbatasan dengan muara Cikidang, Kasepuhan Cisungsang. Sementara di sisi sebelah Barat, berbatasan dengan Gunung Sanggabuana. 

Seren Taun tahun 2015 dilaksanakan pada tanggal 12 September sampai dengan tanggal 13 September 2015, dihadiri oleh Gubernur Banten beserta Forum Pimpinan Daerah ProvinsiBanten; Bupati dan jajaran pemerintah Kabupaten Lebak, Forum Pimpinan Daerah KabupatenLebakserta para undangan lainnya.(ADVERTORIAL)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Tahu Ragam Produk Batik Khas Kota Tangerang? Datanglah ke Kampung Batik Kembang Mayang!

Berita Tangerang - Bagi Anda yang ingin mengetahui ragam...

Mengenal Golok Sulangkar Khas Baduy yang Mematikan: Hanya Bisa Dimiliki ‘Orang-orang Terpilih’

Lebak- Kekayaan alam dan budaya baduy memang seksi untuk...

Akhir Pekan Ala Aleg PKS Banten, Blusukan ke Wilayah Pelosok Lebak hingga Turun Ronda

Lebak- Iip Makmur, Anggota DPRD Provinsi Banten memutuskan untuk...

KPJ Rangkasbitung Rilis Lagu saat Pandemi Corona, Judulnya ‘Jangan Mudik Dulu’

Lebak- Kelompok Penyanyi Jalan (KPJ) Rangkasbitung merilis sebuah lagu...