Gugus Mitigasi Diskusi Bareng LIPI; Bahas soal Jejak Tsunami Masa Lalu di Lebak Selatan

Date:

Gugus Mitigasi menggelar diskusi bareng LIPI mengenai temuan jejak masa lalu tsunami di Lebak Selatan. (istimewa)

Lebak- Gugus Mitigasi wilayah Lebak Selatan menggelar diskusi bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Villa Kiarapayung, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Minggu, 7 Februari 2021.

Berlangsung secara daring, mereka membahas tentang jejak tsunami masa lalu di Lebak Selatan.

Ketua Gugus Mitigasi Lebak Selatan, Abah Lala menerangkan diskusi sengaja digelar untuk membangun kesiapsiagaan tsunami di Lebak Selatan.

“Keresahan yang timbul di masyarakat oleh isu simpang siur mengenai potensi gempa tsunami ini seyogyanya disikapi dengan upaya-upaya efektif,”kata Abah Lala kepada BantenHits, Senin, 8 Februari 2021.

“Kita tak cukup hanya berharap gempa tsunami ini tidak terjadi karena gempa dan tsunami di wilayah Lebak Selatan adalah sebuah keniscayaan,”tambahnya.

Menurut Abah, edukasi terhadap masyarakat dan dimulainya upaya-upaya mitigasi sangat dibutuhkan, baik oleh pemerintah maupun oleh elemen-elemen masyarakat.

“Inilah yang mendorong kehadiran gugus ini,”tandasnya.

Dari hasil riset modern, tutur Abah, membuktikan bahwa di masa lalu sudah terjadi gempa tsunami berulang kali. Namun demikian ilmu pengetahuan modern belum bisa menentukan kapan kejadian gempa besar berikutnya akan terjadi.

Karenanya, lanjut Abah, Gugus Mitigasi akan berkolaborasi dengan BMKG, BNPB, Pusat Unggulan Sains & Teknologi ITB, U-Inspire Indonesia dalam membangun kesiapsiagaan tsunami di Lebak Selatan.

“Tahun ini kami ada pilot project Piloting Tsunami Ready and Applying Recognition. Lokusnya Desa Panggarangan. Jika berhasil, mungkin bisa direplikasi oleh desa lain sepanjang pesisir Selatan,”pungkasnya.

Sementara, Dr. Eko Yulianto, Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi – Lembaga Ilmu Penhetahuan Indonesia (LIPI) menerangkan di Lebak selatan ditemukan jejak tsunami masa lalu.

“Tahun 2015, LIPI, mengambil sampel ke rawa di Binuangeun (Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak). Apa kita dapatkan di dalam rawa itu tadi, dibagian atas itu lumpur lunak, di bawah nya kita berpijak pada kayu berukuran besar,” kata Eko Yulianto dalam paparannya.

Umur kayu yang terpendam di dalam lumpur  diperkirakan antara 350 – 400 tahun. Selain meneliti umur kayu, pihaknya melakukan pengeboran untuk mengambil sampel endapan pasir.

“Sampel pasir kita teliti terdapat plankton. Dilapisan pasir tadi menjadi indikasi ada mekanisme proses membawa plankton ke darat yang diduga karena tsunami,”katanya.

Dugaan tsunami terjadi di masa lalu diperkuat karena jarak antara rawa Binuangeun dengan bibir pantai sejauh 1,5 kilometer. Selain itu di Tanjung Binuangeun terdapat koral bercabang masih utuh yang diprediksi berusia 1600-1700 tahun lalu.

“Koral bercabang mestinya tumbuh di dasar laut tapi ini malahan muncul di permukaan. Ini penomena menarik karena posisi normal mestinya ada di dasar laut,”katanya.

“Kami berpikir koral terangkat akibat gempa terjadi belum lama. Kenapa bisa, karena pada lapisan atas terkubur pasir, nah ini menarik, ini diduga karena erupsi (meletusnya gunung Krakatau) dan tsunami,”sambungnya.

Editor: Darussalam Jagad Syahdana

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Jajaki Koalisi untuk Banten yang Lebih Baik, Dua Perempuan Nakhoda Partai Besar Gelar Pertemuan di Tanggal Cantik

Berita Banten - Penjajakan koalisi untuk menghadapi Pilkada Serentak...

Ada PJU Mati di Kota Tangerang? Hubungi Kontak-kontak Ini Agar Cepat Ditangani!

Berita Tangerang - Buat warga yang mendapati lampu penerangan...

Indonesia Emas 2045 Jadi Fokus, Ini Cara Ratu Tatu Padukan RPJPD dengan RPJPN

Berita Serang - Indonesia Emas 2045 menjadi fokus Rencana...

Dukungan Polri ke Kementan untuk Wujudkan Swasembada Pangan Jadi Energi Baru Pertanian

Berita Jakarta - Kementerian Pertanian dan Kepolisian Republik Indonesia...