Banten Hits.com – Siapa sangka, kerajinan sabuk berbahan baku dari kulit hewan ternak yang ditekuni pasangan suami istri, Suhanda dan Lilis kini banyak diminati. Usaha ikat pinggang atau sabuk dengan cara mengukir dengan peralatan manual yang sederhana tersebut, ternyata hasil kerajinannya tidak hanya diminati konsumen dalam negeri, bahkan tembus ke luar negeri.
Hanya memanfaatkan teras rumahnya yang berlokasi di lingkungan Kenanga Kelurahan Ramanuju Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, Suhanda dan istrinya Lilis menghabiskan waktu sehari-harinya dengan menjalani usaha kerajinan sabuk berbahan baku dari kulit, sebagai mata pencarian satu-satunya untuk memenuhi kelangsungan hidup keluarganya.
Banten Hits.com – Siapa sangka, kerajinan sabuk berbahan baku dari kulit hewan ternak yang ditekuni pasangan suami istri, Suhanda dan Lilis kini banyak diminati. Usaha ikat pinggang atau sabuk dengan cara mengukir dengan peralatan manual yang sederhana tersebut, ternyata hasil kerajinannya tidak hanya diminati konsumen dalam negeri, bahkan tembus ke luar negeri.
Hanya memanfaatkan teras rumahnya yang berlokasi di lingkungan Kenanga Kelurahan Ramanuju Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon, Suhanda dan istrinya Lilis menghabiskan waktu sehari-harinya dengan menjalani usaha kerajinan sabuk berbahan baku dari kulit, sebagai mata pencarian satu-satunya untuk memenuhi kelangsungan hidup keluarganya.
Harganya yang ditawarkan relatif murah. Mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 160.000. Bahkan produk-produk hasil dari kerajinan kulit ternak tersebut, pemasarannya sudah menembus ke luar daerah Banten. Seperti Kalimantan dan Sumatera, bahkan hingga diekspor ke luar negeri seperti Arab Saudi, Singapura, Malaysia dan Amerika.
“Banyak konsumen yang sengaja datang maupun lewat telepon untuk memesan sabuk dengan berbagai macam ukiran. Sesuai motif yang mereka minati, bahkan kita pernah mengirim sabuk ukiran ini keluar negeri,” kata Suhanda kepada Banten Hits.com.
Untuk membuat kerajinan ini, Suhanda mengaku harus memilih kulit ternak seperti sapi yang cukup bagus, yaitu jenis kulit sapi dari daerah Pekalongan Jawa Tengah dengan ketebalan kulit tujuh milimeter. Kulit yang masih lembaran dipotong sesuai ukuran permintaan.
“Biasanya kulit sapi yang kita pesan berasal dari daerah Pekalongan, karena kulitnya tebal, “ ujar Suhanda yang mengaku sudah menggeluti usaha ini sejak 1990.
Sementara itu, Hadi salah seorang karyawan menjelaskan tentang proses pembuatan sabuk kulit. Bentuk pola gambar yang akan diukir pada bahan kulit, sesuai dengan permintaan seperti gambar naga atau gambar lainnya, lalu dipahat dengan pisau kecil dan ornamen gambar diukir lagi secara manual. Sedangkan finishing dengan cara disemir supaya mengkilap gambar yang diukir.
“Proses pembuatan sabuk kulit cukup sulit, karena sekali salah dalam pemahatan tidak bisa diulang kembali. Maka dari itu perlu ekstra hati-hati mengerjakannya,” jelas Hadi.
Hanya berbekal usaha kecil-kecilan dan modal Rp 5 Juta kini usaha kerajinan tersebut bisa mendongkrak kemakmuran hidupnya. Tekun, ulet dan kualitas bagus.
Itulah yang dilakukan kedua suami istri Suhanda dan Lilis, agar hasil karyanya tetap diminati konsumen. Berbagai produk dihasilkan tidak hanya sabuk atau ikat pinggang saja, dompet, gantungan kunci, sarung pisau. Bahkan tas berbahan kulit kini sudah diproduksinya.
Dengan harga sabuk kulit berkisar antara Rp. 100.000 sampai Rp. 160.000, omset hasil kerajinan pasangan Suhanda dan Lilis ini mencapai Rp 50 Juta perbulannya.
Pesatnya usaha yang digeluti dan banyaknya pemintaan pesanan dari konsumen, kini Suhanda dan Lilis memiliki 10 karyawan. Padahal sebelumnya ia cuma memiliki 2 karyawan. (Yus)