Gaes, Jakarta dan Banten Masih Primadona Pencari Properti; Mayoritas Nyari Tempat Tinggal

Date:

FOTO ILUSTRASI. Kawasan Kota Ayodhya, Alam Sutera, di Jalan MH Thamrin, Kota Tangerang. (FOTO: invest properties.com)

Jakarta- Jakarta dan Banten disebut-sebut masih menjadi lokasi primadona untuk para pencari Properti.

Ya, kedua wilayah itu dinilai masih memiliki magnet yang cukup tinggi bagi masyarakat ataupun investor untuk mendapatkan rumah.

Dikutip Bantenhits dari Investor Dily, Deputy CEO 99 Group Indonesia Wasudewan mengungkapkan, Jakarta masih menjadi magnet.

Karena, menurut Wasudewan Jakarta masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi juga sebagai pusat finansial, meski ibukota Jakarta mau dipindahkan ke Kalimantan.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang Bekasi yang memilih dan mencari properti di Jakarta. Padahal Bekasi memiliki Kawasan Industri yang cukup besar.

“Orang Jakarta, masih memilih tempat tinggal di Jakarta, sedangkan di orang Bekasi masih banyak yang memilih dan mencari properti di Jakarta, mungkin mereka ingin mencari rumah kedua atau dampak dari PPNDTP ini menarik warga Bekasi mencari properti di Jakarta buat investasi,” kata Wasudewan, dalam acara Zooming with Primus (ZWP) dengan tema “Properti Siap Take Off,” live di Beritasatu TV, Kamis, 20 Januari 2022.

Selain itu, meski Kawasan Bekasi masih banyak industri. Tetapi, menurut Wasudewan banyak kantor pusatnya berada di Jakarta. Sehingga banyak orang Bekasi memilih Jakarta sebagai tempat tinggal.

Begitu juga dengan Banten, ke depan Kawasan ini akan tetap menjadi pilihan menarik bagi para pencari properti, terutama hunian tapak. Karena Kawasan ini masih dianggap nyaman untuk tempat tinggal. Seperti halnya di Kawasan BSD dan sekitarnya.

Faktor lain, kata Wasudewan adalah infrastruktur yang dikembangkan di kawasan Banten ini dibilang cukup masif, seperti dibangunnya tol Serpong Balaraja, kehadiran JORR II yang membuat Kawasan Banten menjadi tempat hunian yang nyaman. “Terbukti juga banyak developer besar sekitar Banten yang mulai meluncurkan produk terbarunya,” katanya.

Hasil survai rumah123.com menyebutkan bahwa, Tangerang Selatan masih menjadi primadona pencari property sebesar 117%, kemudian ada Sleman Yogyakarta 42%, Surabaya Jawa Timur 38%, Jakarta pusat 29%, Jakarta Utara 27%, Bandung sebesar 36%, Denpasar 20%, Semarang 16%, Jakarta Barat sebesar 16% dan Bogor sebesar 7%.

Pada kesempatan itu, Wasudewan menjelaskan, sepanjang tahun 2020-2021, pencarian properti 84,1% adalah pencari rumah tapak, dibandingkan sektor properti lainnya. Diperkirakan tren ini akan terus berlanjut pada tahun ini.

“Hasil survei pencarian rumah tapak masih mendominasi pasar mencapai 84,1% dibandingkan sektor lainnya, seperti tanah, apartemen dan perkantoran,” kata Wasudewan,

Menurut Wasudewan, dari pencarian rumah tapak tersebut harga dibawah Rp 400 juta alami kenaikan cukup signifikan pada semester kedua 2021 sebesar 39,1 % dimana semester pertama sebesar 37,9%.

Rumah tapak dengan harga rumah Rp 400-650 juta turun dari semester pertama 10.6% sedangkan semester kedua menjadi 9,5%. Harga rumah dengan harga Rp 650 juta sampai Rp1 miliar juga alami penurunan. Semester pertama 11% turun 10,4% pada semester kedua.

Rumah dengan Rp1-2 miliar juga ikut turun 16,5%-15% per semester, rumah dengan harga Rp2-3 miliar naik dari 7,5% pada semester pertama ke 7,8% pada semester kedua. Rumah dengan harga Rp 3-5,5 miliar naik dari 6,7% jadi 7,2% per semester. Begitu pula dengan rumah dengan harga Rp 5-10 miliar naik dari 5,1 % menjadi 5,7%. Rumah dengan harga Rp 10 miliar keatas naik 4,6% menjadi 5,2%.

“Rata- rata harga rumah dengan harga Rp400 juta sampai dengan Rp 2 miliar alami penurunan tipis rata rata 0,5-0,9%,” kata Wasudewan.

Peningkatan permintaan rumah di atas Rp 2 miliar, dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang memperpanjang PPNDTP yang menarik buat pencari properti karena mendapatkan diskon yang cukup besar.

Sementara itu pengamat properti dari Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengakui bahwa pasar properti di Jabodetabek dan Banten mengalami peningkatan cukup tinggi 27,4 % dibandingkan dengan daerah lain. “Peningkatan ini sebenarnya Sudah terlihat pada tahun 2021 Jabodetabek dan Banten, kebutuhan rumah cukup tinggi,” kata dia.

Namun demikian, lanjut Ali sebenarnya potensi properti take off secara umum sudah bisa dimulai pada tahun 2019. Namun karena adanya pandemi Covid-19 akhirnya tertunda dan Ketika covid mulai dibuka properti sudah siap mulai take off termasuk di akhir tahun 2021.

“Pasar properti tetap tumbuh pada 2020, tetapi melambat. Meski melambat, bukan berarti tidak ada daya beli. Daya beli ada, kelas menengah tertekan iya, tetapi kelas menengah atas masih tetap jalan, apalagi pada saat PPKM dilonggarkan langsung properti naik lagi,” kata Ali.

Editor: Darussalam Jagad Syahdana

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Jajaki Koalisi untuk Banten yang Lebih Baik, Dua Perempuan Nakhoda Partai Besar Gelar Pertemuan di Tanggal Cantik

Berita Banten - Penjajakan koalisi untuk menghadapi Pilkada Serentak...

Ada PJU Mati di Kota Tangerang? Hubungi Kontak-kontak Ini Agar Cepat Ditangani!

Berita Tangerang - Buat warga yang mendapati lampu penerangan...

Indonesia Emas 2045 Jadi Fokus, Ini Cara Ratu Tatu Padukan RPJPD dengan RPJPN

Berita Serang - Indonesia Emas 2045 menjadi fokus Rencana...

Dukungan Polri ke Kementan untuk Wujudkan Swasembada Pangan Jadi Energi Baru Pertanian

Berita Jakarta - Kementerian Pertanian dan Kepolisian Republik Indonesia...