Latih Mahasiswa Peka Sosial, BPH Imadiklus Untirta Gelar Training di Banten Lama

Date:

Latih Mahasiswa Peka Sosial, BPH Imadiklus Untirta Gelar Training di Banten Lama
Mahasiswa saat melakukan riset mewawancarai warga di Banten Lama. Untuk melatih kepekaan sosial mahasiswa dan meningkatkan pengetahuan profesi,, BPH Imadiklus Untirta menggelar training yang diusatkan di Banten Lama. (Istimewa)

Serang – Badan Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah se-Indonesia (BPH Imadiklus) Untirta mengadakan training dalam rangka memberikan pengetahuan terkait keprofesian dan juga melatih para calon anggota untuk dapat lebih merasakan kondisi yang terjadi di masyarakat.

Ketua BPH Imadiklus Untirta Dedi Sofyan mengatakan, pemateri yang dihadirkan berasal dari beberapa lembaga riset serta media yang dimaksudkan untuk dapat memberikan pengetahuan terkait mengidentifikasi bagaimana permasalahan serta kebutuhan masyarakat.

“Rangkaian materi yang disiapkan merupakan materi terkait keprofesian PLS dan juga organisasi, kemudian kami akhiri dengan melakukan survei kepada masyarakat,” jelasnya, Senin, 12 November 2018.

Lokasi pelatihan yang dilaksanakan di area Banten Lama sendiri merupakan pilihan, karena berdasarkan data dan pengamatan yang didapatkan. Banten Lama memiliki beberapa persoalan sosial, seperti kemiskinan, angka putus sekolah dan juga buta aksara.

“Sebab itu kami ingin melihat dan meneliti secara sederhana, apa harapan dari masyarakat di area sekitar sini,” terang Dedi.

Dari hasil praktik survei yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa ada program yang dianggap baik oleh masyarakat, namun ternyata belum memenuhi apa yang diinginkan oleh mereka.

“Jadi secara data mereka setuju dengan program, namun tidak puas dengan eksekusinya,” ungkap Dedi.

Diharapkan, dengan data awal yang ada ini, dapat digunakan untuk pemda yang sedang melakukan revitalisasi Banten Lama untuk mempertimbangkan bagaimana menjaring aspirasi dan harapan dari masyarakat.

“Jadi jangan sampai, program yang baik, ternyata dirasa kurang dibutuhkan masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, salah satu peserta pelatihan, Putra Adji, mengatakan, dalam survei yang mereka lakukan, terdapat beberapa fakta-fakta menarik yang tergali.

“Seperti masalah pengemis. Beberapa masyarakat menganggap hal tersebut biasa,” ujarnya.

Selain itu, terkait penataan PKL, ternyata ada permasalahan yang terungkap, dimana para pedagang yang ada mengeluhkan lapak yang lebih kecil dari awalnya.

“Selain itu juga, ada beberapa pedagang yang tidak dapat berjualan, bahkan hingga 6 bulan,” jelasnya.

Dengan hal tersebut, ia berharap waktu pelaksanaan revitalisasi Banten Lama tidak boleh molor dan harus tepat waktu. Hal ini untuk meminimalisir munculnya permasalahan yang lain seperti yang terungkap dalam survei tersebut.

Pelatihan ini dirasakan para peserta sebagai pintu menuju realitas sosial yang sesungguhnya, beberapa peserta mengakui bahwa pandangan mereka jadi semakin terbuka mengenai kondisi sekitar.

Pada kasus Banten Lama ini misalnya, masalah kemiskinan dan pengangguran penduduk asli yang masih menjadi sesuatu yang harus terus dicari penyelesainnya. Respon masyarakat terhadap revitalisasi Banten Lama bukan hanya tertuju pada pembangunan secara fisik tetapi juga pembangunan bagi masyarakat di sekitarnya.(Rus)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related