Malam itu cahaya bulan terlihat bulat berseri di atas Rumah Makan Sayagi di Jalan Pembangunan III, Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Kami tiba di rumah makan itu sekitar pukul 20.00 WIB. Terlambat sekitar dua jam dari jadwal makan sore saya. Saya “merelakan” jadwal makan sore terlambat karena penasaran dengan informasi dari kawan saya mengenai menu makanan di rumah makan itu.
Malam itu cahaya bulan terlihat bulat berseri di atas Rumah Makan Sayagi di Jalan Pembangunan III, Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Kami tiba di rumah makan itu sekitar pukul 20.00 WIB. Terlambat sekitar dua jam dari jadwal makan sore saya. Saya “merelakan” jadwal makan sore terlambat karena penasaran dengan informasi dari kawan saya mengenai menu makanan di rumah makan itu.
Kami bertiga malam itu bersepakat untuk sama-sama memesan menu pindang. Dua kawan saya memesan pindang ikan gurame dan pindang ikan mujaer. Sementara saya memesan pindang ikan tenggiri.
Tak lama berselang, hidangan tersaji di meja kami. Tiga mangkuk pindang menjadi “sasaran” utama. Hampir secara bersamaan kami bertiga langsung menyicipi kuah pindang pesanan kami masing-masing.
Hmmmm… Saat kuah pindang menyentuh lidah, segala rasa lezat dan kesegaran rempah-rempah langsung menyebar di mulut saya.
“Rasa kuah pindang ini beda. Ini yang membuat saya ketagihan,” kata salah satu kawan saya yang mengajak kami ke rumah makan ini.
Kuah pindang yang kaya rempah ini memang berbeda dengan pindang lainnya. Di tempat ini, kuah pindang terlihat kental dengana aroma rempah-rempah yang langsung meruap di hidung ketika di hidangan. Di dalam kuah ditaburi cabe rawit dan irisan bumbu lainnya.
Selain aroma rempah yang khas, ikan yang disajikan di tempat itu terasa empuk dan segar. Itu karena rumah makan ini menggunakan ikan yang bukan hasil pendinginan di kulkas.
“Saya jadi ingat makan ikan di kampung. Ikan yang baru didapat di sungai kemudian dimasak. Kaya beginilah segarnya,” kata kawan saya lagi.
Penasaran dengan ikan yang mereka gunakan, kemudian kami melongok ke belakang. Ternyata benar dugaan kawan saya, ikan yang mereka gunakan adalah ikan segar langsung dari kolam. Di antara saung-saung tempat makan, pengelola rumah makan ini menempatkan sebuah kolam. Di kolam itu berbagai jenis ikan tawar disimpan hidup-hidup.
Selain menu berbagai macam pindang seperti yang saya sebutkan, rumah makan ini menyediakan berbagai menu lainnya. Selain soal menu, untuk lebih menarik para pengunjung, rumah makan ini juga “menjual” suasana pedesaan.
Akan lebih pas mencoba masakan di rumah makan ini saat siang hari atau saat makan siang. Aroma dan rasa rempah-rempahnya dijamin akan membuat Anda bercucuran keringat… Selamat mencoba! (Rus)