Tangerang – Berbagai keterampilan pun diajarkan di dalam lapas ini. Mulai dari membuat miniatur berbagai benda dari lintingan koran, membuat kue dan roti, perbengkelan, melukis, hingga menjahit.
“Kami berusaha sebisa mungkin saat mereka keluar dari sini sudah memiliki keterampilan. Sehingga saat keluar mereka dapat hidup lebih baik,” ungkap Taufik, Kepala Bidang Kegiatan Kerja.
Taufik mengungkapkan, pihaknya terus bekerjasama dengan pihak ketiga untuk memfasilitasi berbagai kegiatan tersebut. Pasalnya, keterampilan yang dimiliki napi harus dapat digunakan masyarakat luas.
“Kami bekerjasama dengan PT High Aparel untuk bidang garmen, karena mesin jahit kan tidak murah ya sehingga mereka yang menyiapkan alat beserta bahan, dan mengadakan pelatihan terlebih dahulu kepada napi,” ujarnya.
Taufik menjelaskan, sistemnya yakni pihak ketiga memberikan bahan yang sudah dipotong. Sehingga, napi hanya menjahitnya.
“Saat kita terima, bahannya sudah dipotong jadi disini tinggal dijahit menjadi baju hingga menyisakan kerah dan kancing saja, setelah itu dikirim lagi ke pihak ketiga untuk finishing,” jelas Taufik.
Dia juga menambahkan, para napi dapat menyelesaikan 4.000 Kemeja setiap bulannya. Nantinya, napi akan mendapatkan insentif premi dari apa yang sudah dikerjakan.
“Insentif kami berikan yaitu, 50 persen dari penjualan, mereka akan mendapatkan premi sesuai dengan yang mereka kerjakan,” tambahnya.
Sementara itu, Adit (30) seorang narapidana yang sudah sejak Agustus 2016 menekuni bidang garmen mengatakan, dirinya bersyukur dengan adanya kegiatan ini. Pasalny, selain tidak bosan berada didalam lapas, dirinya juga mendapatkan penghasilan.
“Alhamdulillah pas ada ini seneng ya, soalnya kan saya jadi ada kegiatan di dalam, udah gitu pas keluar juga udah bisa punya keterampilan,” kata Adit.
Dirinya mengaku dapat meraup insentif sebesar Rp. 150 ribu hingga Rp. 200 ribu setiap minggunya.
“Keluarga tahu, alhamdulillah penghasilannya lumayan, kita bisa dapat Rp. 800 ribu setiap bulannya,” tandasnya.(Zie)
