Massa Kampanye Jokowi-Ma’ruf di Maluku Tagih Rp 50 Ribu, Panitia Bantah Bayar Orang Tapi Hanya Beri Uang Operasional

Date:

Capres Jokowi ketika berkampanye di hadapan massa yang memadati Stadion Maulana Yusuf. Dalam acara tersebut Jokowi memuji Provinsi Banten yang telah melahirkan banyak ulama besar dan cerdas seperti Ma’ruf Amin.

Tangerang – Kiki Nuraini, seorang koordinator massa kampanye Jokowi-Ma’ruf di Lapangan Pelabuhan Perikanan Bastiong Ternate, Maluku Utara, Minggu, 7 April 2019, menagih yang Rp 50.000 yang dijanjikan tim Jokowi-Ma’ruf untuk setiap orang massa yang hadir.

Karena sudah tiga hari tak kunjung dibayar, snang koordinator bahkan melalui media sosial meminta Jokowi mengingatkan timnya supaya membayar Rp 50.000 seperti yang dijanjikan karena dia dikejar sama massa.

Kondisi yang disampaikan Kiki sangat kontras jika dibandingkan dengan massa kampanye akbar Prabowo-Sandi yang datang secara sukarela ke GBK, Minggu, 7 April 2019.

Analisis pengamat politik Universitas Paramadina yang juga founder Lembaga Survei Kelompok Diskusi Kajian Opini Publik Indonesia atau KedaiKopi Hendri Satrio mengungkapkan tema kampanye Pilpres 2019 memunculkan massa amplop dan masa sukarela.

“Jadi ya temanya bisa kampanye ini jadi ‘keamplopan vs keumatan’ begitu. Siapa yang lebih cenderung memilih amplop, siapa yang cenderung memilih umat yang suka rela yang seperti hari ini ditampilkan,” ujar Hendro seperti dilansir TIMES Indonesia.

BACA JUGA: Analisis Pengamat soal Fenomena Kampanye Amplop vs Sukarela Terbukti, Massa di Maluku Tagih Rp 50.000 ke Tim Jokowi-Ma’ruf

Panitia Kampanye di Maluku Bantah Bayar Massa

Pernyataan Kiki Nuraini yang menagih uang kampanye Rp 50 ribu per orang, disangkal oleh pihak panitia kampanye, Aliansi Anak Negeri Indonesia Timur.

Dilansir kumparan.com, Ketua Aliansi Anak Negeri Indonesia Timur Maluku Utara, Akmal Iskandar Alam, yang merupakan salah satu penggagas kampanye tersebut mengatakan, keterangan Kiki Nurain soal bagi-bagi duit Rp 50 ribu tidak benar.

Dia bahkan menganggap Kiki adalah pendukung Capres-Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, yang sengaja merusak nama baik Jokowi-Ma’ruf. Akmal menjelaskan biaya yang ada adalah menyangkut operasional, bukan biaya untuk per orang.

“Tidak ada bayar-membayar. Karena Jokowi tidak bayar-bayar. Kalau memang itu untuk mobil, untuk operasional, itu kan pasti ya,” katanya.

Sementara, pernyataan Kiki yang mengaku ditugaskan untuk mencari massa juga dibantah Akmal. Akmal menegaskan bahwa Kiki bukan koordinator dari Aliansi Anak Negeri.

“Kalau ditugaskan untuk koordinasi massa tidak. Kami sudah tanya ke teman-teman, apa betul ibu ini koordinator, mereka bilang tidak. Karena di lapangan ini ada orang penggalangan (massa),” kata Akmal.

Menurut Akmal, Aliansi Anak Negeri selalu memilah siapa yang akan menjadi koordinator massa. Seorang koordinator, kata dia, harus bertanggung jawab dan tidak akan merusak citra Jokowi. Sedangkan dugaan bahwa Kiki adalah pendukung pasangan Capres-Cawapres nomor urut 02, Akmal mengaku berani memastikannnya.

“Itulah yang saya bilang tadi, bahwa ada orang-orang yang memang tidak suka ke Pak Jokowi. Mereka itu tim 02 dan kita sudah melihat profilnya (Kiki Nuraini), dia pihak pendukung 02,” ujar Akmal sembari menunjukkan potret Kiki yang tengah mengacungkan dua jari.

“Kalau dia membuat opini begitu berarti dia bukan koordinator. Siapapun yang menjelekkan Jokowi, dia (pendukung) 02,” tegasnya.

Akmal mengaku tuduhan tersebut membuat pihak Aliansi Anak Negeri merasa dirugikan. Sehingga, dia bakal melaporkan masalah ini ke pihak yang berwajib atas dugaan pencemaran nama baik.

“Kalau dia menjelekkan nama begini kita bisa tuntut terkait pencemaran nama baik. Karena sudah menyangkut citra lembaga dan pemimpin negara,” pungkas Akmal.

Secara terpisah, Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Ternate, Sulfi Majid, kepada cermat mengaku belum menerima laporan terkait dugaan pelanggaran tersebut.

Sulfi menegaskan Bawaslu selalu melakukan fungsi pengawasan, termasuk pada saat kampanye. Namun hari itu Bawaslu tak menemukan pelanggaran terkait mobilisasi massa dengan iming-iming uang.

“Kami belum menerima laporan terkait hal ini. Namun kalau memang ini sebagai informasi awal, kami akan menindak-lanjuti. Kami akan melakukan investigasi lebih lanjut,” ucap Sulfi.

Sementara, pantauan kumparan.com melalui cermat pada postingan Kiki di laman media sosial Facebook-nya, anggaran yang dijanjikan pihak panitia ke peserta kampanye terbuka yang digelar di Pelabuhan Perikanan Bastiong, Ternate pada Minggu, 7 April 2019 itu diduga sudah dicairkan.

Editor: Darussalam Jagad Syahdana

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Ketika Pj Gubernur Harus Hitung Sendiri Uang Santunan untuk 13 Penyelenggara Pemilu di Banten yang Wafat

Berita Banten - Pelaksanaan Pemilu 2024 di Banten berlangsung...

Anggota KPPS di Kadipaten Cilegon Meninggal Dunia Diduga Kelelahan

Berita Cilegon - Santo (23) warga Lingkungan Kadipaten, Kelurahan...

Ramai Nama Baru Kalahkan Suara Mantan Gubernur Banten di Real Count Sementara KPU

Berita Banten - Real count hasil Pemilu 2024 KPU...

Real Count KPU Hampir 50 Persen, Airin Rachmi Diany Caleg DPR RI Paling Digdaya di Banten

Berita Banten - Airin Rachmi Diany menjadi Calon Anggota...