Cilegon – Puluhan pengusaha lokal Cilegon yang tergabung dalam Jaringan Pengusaha Ring 1 (Japr1) menuding PT Krakatau Posco (KP) telah melakukan praktik monopoli peluang usaha dengan memberikan keistimewaan kepada perusahaan atau vendor asal Korea.
Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan perusahaan gabungan Indonesia-Korea Selatan tersebut sangat memberatkan para pengusaha lokal.
“Kita tahu Posco datang ke sini dengan membawa nasionalisme, orang Korea datang dengan membawa kebudayaannya, rombongannya,” kata perwakilan pengusaha Cilegon, Tatang Tarmizi kepada wartawan, Jumat, 4 Oktober 2019.
Banyak perusahaan Korea pada saat ini kegiatan usaha diberikan karpet merah, baik perizinan dan pekerjaan. Beda dengan pengusaha di lingkungan, baik Cilegon maupun Banten. Para pengusha diadu domba dengan tender bodong. Sedangkan perusahaan asal Korea diberikan long term,” sambungnya.
Izin Perusahaan Korea Diduga Tak Jelas
Tatang mengungkapkan, sejak berdirinya PT Krakatau Posco hingga saat ini, terdapat banyak perusahaan asal Korea yang diduga tidak jelas perizinannya.
Ia meminta agar pemerintah juga menertibkan perusahaan dan pekerja asal Korea yang tak memenuhi syarat untuk bekerja di Cilegon.
“Hampir semua tender dan proyek dikuasai perusahaan asal Korea. Dulu pertama kali datang ada sekitar 34 perusahaan yang diboyong Posco ke Cilegon, belum lagi di luar Posco family. Mungkin semua tender digarap kecuali cleaning service,” ungkap Tatang yang juga Ketua Ormas Laskar Merah Putih Cilegon ini.
Pengusaha lokal yang ada di Kota Baja, lanjut Tatang, tidak anti investasi. Namun, seharusnya adanya investasi dapat berdampak luas untuk masyarakat sekitar.
“Adanya monopoli usaha di PT KP sudah bukan rahasia umum lagi. Bahkan kondisi ini sudah terjadi sejak berdirinya pabrik baja terpadu tersebut,” imbuhnya.
Sementara itu , Senior Manager Corporate Secretary PT Krakatau Posco Wisnu Kuncara yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon mengatakan, dirinya belum bisa memberikan keterangan banyak.
“Kita belum bisa memberitakan keterangan resmi ya, karena sekarang kita masih berupaya melakukan komunikasi intens dengan mereka (pengusaha),” ujarnya singkat.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana