Bupati Lebak Dinilai Tak Pantas Ucapkan Kata Tempeleng dan Sembelih Leher saat Marah ke Warga

Date:

Foto ilustrasi: Bupati Iti Octavia Jayabaya saat marah-marah kepada aktivis PMII yang berunjuk rasa mendesak dirinya Iti mundur dari jabatannya. (Dok. BantenHits.com) 

Lebak – Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya kembali viral setelah video marah-marahnya kepada sopir yang dianggap merusak Alun-alun Malingping beredar.

Video berdurasi 1 menit 34 detik itu memperlihatkan Iti marah dengan menggunakan bahasa Sunda. Ia marah kepada pekerja di sana.

Geura turun dararia, hayang ditampilingan ku aing. Dararia nu aya di dieu malah dianteupkeun bae aya nu ngarusak alun-alun. Hayang dipeuncit ke ku aing beuheungna. (Cepat turun kalian, pengin ditempeleng sama saya. Kalian yang ada di sini malah diam saja ada yang merusak alun-alun. Pengin saya sembelih lehernya),” ucap Iti dalam video itu.

Harus Bisa Kendalikan Emosi

Terkait aksi marah-marah Bupati Lebak itu, Anggota DPRD Lebak Musa Weliansyah mengatakan kepala daerah harus bisa mengendalikan emosi.

Dalam video itu, Iti mengucapkan kata tampiling (tempeleng) dan peuncit (sembelih) kepada sopir pikap. Menurut Musa, kalimat tersebut tidak pantas dilontarkan oleh Bupati. Padahal, kata dia, Bupati bisa lebih dahulu bertanya kepada sopir yang dianggap merusak fasilitas di Alun-alun Malingping.

“Kan bisa tanya dulu itu lagi ngapain, habis ada acara apa? Sampaikan dengan santun bukan marah-marah dengan nada tinggi apalagi ada nada ancaman itu. Bahasa Sunda ini terkenal santun, nggak pantas kalau bahasa peuncit (sembelih) dilontarkan, terlebih hanya ke sopir losbak (pikap),” ucap Musa seperti dikutip BantenHits.com dari detik.com.

Jangan Marah ke Masyarakat Kecil

Musa mengatakan Bupati Lebak sudah sering viral karena marah-marah. Salah satunya, pernah marah karena banyak tanah merah berceceran di jalan.

Tapi usai marah-marah, kata Musa, perusahaannya tidak ditindak atau diberi peringatan. Menurut Musa, seharusnya Bupati marah kepada perusahaan tambang ilegal atau perusahaan yang memberi kerugian negara lebih besar dibandingkan marah kepada masyarakat kecil.

Lebih lanjut, Musa memahami kondisi Bupati yang mungkin lelah setelah memantau lokasi bencana di Bayah. Namun, dalih itu tidak bisa dibenarkan. Musa menyayangkan hal ini terjadi.

“Mungkin stres atau lelah, tapi apapun dalihnya, sebagainya pemimpin daerah, ini Bupati loh, kan harusnya bisa mengendalikan emosi. Marah ke perusahaan tambang liar dan perusahaan lain yang menyebabkan kerugian lebih besar itu lebih bisa saya hargai. Tapi ini sepele hanya sopir dan pekerja yang mau bongkar panggung usai acara Maulid Nabi,” tegasnya.

Musa mendesak Bupati Lebak untuk segera minta maaf kepada sopir dan pekerja yang dimarahi. Ucapan tersebut bisa melukai perasaan masyarakat.

“Saya mendesak Bupati Lebak segara meminta maaf atas insiden tersebut dan jangan terulang kembali, viral marah-marah nggak jelas. Kalau mau marah-marah bareng ayo ke perusahaan tambang ilegal yang jadi penyebab banjir, longsor. Nggak pantes marah-marahnya ke masyarakat kecil,” pungkasnya.

Sumber: detik.com

 

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related