Banyak UMKM di Pandeglang belum Siap Hadapi MEA, Ini Penyebabnya

Date:

Banten Hits – Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan mulai bergulir tentu akan menjadi tantangan, terutama bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tantangan bagi para pelaku usaha ini tak lain agar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk yang masuk ke dalam negeri.

Namun, dari 12.291 UMKM di Kabupaten Pandeglang, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) setempat meyakini, masih banyak para pelaku usaha yang belum siap bertarung di area MEA.

“Harus kita akui bahwa masih banyak kualitas produksi dari hasil UMKM di Pandeglang yang belum mampu menjawab tantangan ekspor,” kata Kepala Seksi Bina UMKM Diskoperindag Pandeglang, Rafiudin, kepada wartawan, Selasa (12/1/2016).

Faktor lain yang membuat banyak produk lokal belum mampu bersaing adalah, para UMKM yang memang belum berani memproduksi hasil produknya dalam jumlah banyak dengan disertai kualitas yang lebih baik.

“Kadang pola pikirnya masih pesimis. Makanya, wawasan masyarakat terutama pelaku UMKM harus ditingkatkan. Karena,  kalau mindset mereka sudah bagus, insya Allah usaha untuk bisa memajukan usahanya bisa lebih baik. Selama ini kan, pemikiran pelaku usaha asal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” terang Rafiudin.

Persoalan permodalan, lanjut dia, selama ini memang selalu menjadi hal yang sering dikeluhkan oleh pelaku UMKM. Sehingga, berdampak kepada dunia UMKM di Pandeglang masih sulit bersinar. Padahal katanya, Pemkab sudah mempermudah izin permodalan melalui Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).

“Kita arahkan mereka ke LPDB dan ke bank tertentu. Apalagi proses peminjaman modal di bank kini sudah lebih mudah. Pinjaman Kredit Daerah (Jamkrida) juga menyatakan kesiapannya membantu pelaku UMKM,” jelasnya.

Kendati banyak UMKM yang masih harus tertatih untuk mampu bersaing dengan produk lain, pihaknya menyebut ada sejumlah produk tertentu yang dinilai mampu bersaing dalam MEA. Sebut saja, seperti sentra penghasil Emping di Kecamatan Jiput, yang selama ini telah memenuhi permintaan ke luar daerah bahkan luar negeri atau Opak dan tikar pandan yang juga dianggap mempunyai potensi besar bersaing di MEA.

“Sejumlah produk itu sudah bisa ekspor. Tapi, untuk produk home industri penghasil sepatu dan tas, sepertinya belum bisa bersaing dengan produk luar. Tadi itu, mereka butuh permodalan yang lumayan besar yang berpengaruh kepada ketidaksiapan mereka memenuhi permintaan dari luar,” paparnya.(Nda)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Setelah Sebatik Merambah Pasar Taiwan hingga Belanda, Kini Giliran Sepatu Lokal ‘Dorks’ Diekspor ke Senegal

Berita Tangerang - Sepatu-sepatu lokal di Kabupaten Tangerang yang...

Kata Pejabat Kemenko Perekonomian dan Bank Indonesia soal Inflasi dan Digitalisasi di Banten

Berita Banten - Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID...

Emang Boleh Ada Bolen Selegit ‘Ovenin’ Buatan Sri?

Berita Tangerang - Sri Yuningsih memberikan garansi tentang keunggulan...

bank bjb Kembali Dipercaya Jadi Penempatan RKUD Kota Tangsel

Berita Tangsel - bank bjb kembali dipercaya sebagai tempat...