Diusulkan Relawan Sejak Lama, Banten Masih Belum Punya Rumah Singgah Pasien Miskin

Date:

Banten Hits – Hampir setiap pekan, warga miskin di Banten mesti berobat ke rumah sakit di Jakarta seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Harapan Kita. Karenanya, kebutuhan rumah singgah pasien miskin, dinilai sangat mendesak.

Berdasarkan catatan relawan komunitas Facebook Banten News tahun 2015 lalu, sudah puluhan pasien miskin yang didampingi semuanya tidak dapat perhatian dari pemerintah.

Sementara, data di Dompet Dhuafa Banten menyebutkan, tahun ini sampai Juli 2015 sudah ada 14 pasien dengan 21 pendamping yang numpang di rumah singgah dompet Dhuafa. Lama tinggal para pasien dan pendamping rata-rata hingga dua bulan.

Pasien yang kini didampingi relawan di antaranya, Jumadi, pasien miskin yang disebut manusia akar, warga Pamong Udik, Desa Kubang Puji, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang. Dalam seminggu, Jumadi bisa dua kali ke RSCM untuk pengobatan lanjutan. Seminggu membutuhkan biaya Rp 1 juta dengan rincian Rp 700 ribu untuk obat, sisanya untuk ongkos, naik bus umum dan makan.

Sebelum berobat jalan, Jumadi bahkan membutuhkan dana sangat besar. Semua itu tidak ditanggung oleh pemerintah Kabupaten Serang atau Provinsi Banten. Otomatis relawan yang mendampingi harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pengobatan Jumadi.

Pasien lainnya Furqon (11) penderita kanker asal kota Serang, Marnasih (7) gadis kecil tanpa anus asal Saketi, Pandeglang dan Ellyatul Ikhlas (11) penderita kelainan sel darah asal Carita, Pandeglang.

Besarnya dana yang dikeluarkan warga miskin dari Banten yang berobat ke Jakarta banyak dikeluhkan berbagai pihak, terutama keluarga pasien itu sendiri. Oleh karena itu, seharusnya Pemerintah Provinsi Banten untuk meringankan beban warganya membuat rumah singgah untuk pasien miskin di Jakarta, seperti yang sudah dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung . 

Melalui Dinas Sosial, Pemerintah Provinsi Lampung saat ini telah menyiapkan rumah singgah bagi pasien miskin yang dirawat di rumah sakit pemerintah di Jakarta. Rumah singgah tersebut berada di belakang RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Tepatnya di Jalan Kenari II, No 22, RT 10, RW 4, Kelurahan Kenari, Jakarta Pusat.

Di provinsi Banten sendiri, para relawan telah mengusulkan pembangunan rumah singgah bagi pasien miskin tersebut sejak lama, sejak Kepala Dinas Sosial dijabat oleh Nandi Mulya.

“Kita sudah lama ajukan itu kepada pemerintah provinsi, tapi hingga hari ini hasilnya nol besar,” ungkap salah satu relawan dari Facebook Banten News, Lulu Jamaluddin, Senin (15/2/2016) dengan nada kesal.

Kekesalannya muncul terhadap pemerintah, sebab pada tahun ini pemerintah justru mengeluarkan puluhan miliar untuk hal yang kurang mendesak dibandingkan dengan persoalan kemanusiaan yang dihadapi masyarakat Banten.

“2016, Pemprov Banten ngasih duit ke FSPP Rp 20 miliar buat lomba seni dan olahraga santri, tahun sebelumnya belasan miliar buat marching band,” katanya.

Lulu kemudian membandingkan biaya puluhan milliar tersebut dengan biaya pembangunan rumah singgah bagi pasien miskin Banten tersebut yang besarnya Rp 4-5 miliar.

“Kalo saya iri salah? Pengen punya rumah singgah untuk jutaan warga miskin Banten yang berobat di Jakarta. Dan bisa dipake seumur hidup. Kabupaten Bintan dengan Rp 4 miliar bisa bangun rumah singgah di Jakarta,” tambahnya.(Rus)

 

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related