Banten Hits – Petani karet di Kabupaten Lebak mengeluhkan rendahnya harga jual karet di pasaran yang hanya mencapai Rp 6.000 per kilogramnya. Merosotnya harga jual mengakibatkan sejumlah usaha pengolahan karet gulung tikar karena penjulan karet habis hanya untuk upah dan biaya pengolahan.
Karena tak punya pilihan usaha lain, sebagian petani karet masih bertahan menekuni usaha ini.
Madroji, petani karet di Kecamatan Gunung Kencana mengatakan, pihaknya tidak mengerti kenapa harga bahan komoditi unggulan karet ini harga jualnya hancur. Padahal, kebutuhan akan karet sangat tinggi baik dalam negeri atau luar negeri.
“Walau pun terus merugi, kami terpaksa terus menjalaninya karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa kami lakukan selain di bidang karet,” kata Madroji, kepada awak media, Jumat (11/11/2016).
Menurutnya, keluhan terkait harga karet yang hancur ini sudah disampaikan beberapa kali baik kepada pemerintah atau DPR. Namun, sudah lebih dari tiga tahun belum juga ada perubahan.
“Kala kondisi seperti ini terus berjalan dan tidak ada perubahan, kemungkinan pohon-pohon karet yang ada akan kami tebang dan diganti dengan tanaman atau pohon lainnya yang bisa menghasilkan lebih,” ujarnya.
Senada dikatakan Supardi petani karet lainnya. Ia berharap ada solusi dan jawaban yang diberikan pemerintah baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah.
“Saya harap ada solusi jangan sampai harga terus merosot dan pada akhirnya karet tidak ada lagi di Kabupaten Lebak,” harapnya.(Rus)
