Tangerang – Keluarga Anggara Suprayogi (33) satu dari tujuh WNI yang saat ini menjadi buronan kepolisian Filipina karena diduga terlibat penyerangan di Kota Marawi, Filipina Selatan, mengaku kaget saat mendapat kabar bahwa Angga (panggilan sehari-hari) terlibat teroris di negara tetangga. Di mata sang ibu Nuraini, Anggara merupakan sosok anak yang baik dan pintar. Bahkan, Angga tidak pernah berbuat kasar pada orang lain.
“Angga itu kalau nemu duit atau handphone aja dibalikin ke orangnya, padahal nemunya di tempat sampah, tapi tetap enggak mau ngambil,” ujar Nuraini saat ditemui dikediamannya, Jalan Lokapala, Kelurahan Cibodas, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, Kamis (1/6/2017).
BACA JUGA : Satu WNI Terduga Teroris di Filipina asal Tangerang Pamit ke Istri Bekerja di Hongkong
Menurut Nuraini, Anggara tergolong anak yang pintar dalam mata pelajaran agama islam saat sekolah. Ia tergolong anak kesayangan guru di sekolah.
“Angga itu pernah mau daaet beasiswa ke Arab, tapi saya enggak ngijinin karena jauh,” tuturnya.
Nuraini mengatakan, putera pertamanya itu selalu menerapkan ajaran agama di kehidupan sehari-hari. Bahkan selalu menjauhi hal-hal yang tidak baik.
“Angga itu kalo makan enggak mau yang aneh-aneh, dia makan bakso aja enggak mau, kerja di bank aja enggak mau takut uangnya enggak halal katanya,” tutur Nuraini.
Keluarga tidak menyangka jika Anggara masuk dalam DPO polisi Filipina. Pasalnya, pria kelahiran Tangerang, 26 Desember 1984 ini pamit ke keluarga untuk pergi ke Hongkong. Namun, keluarga tidak mendapatkan kabar kembali hingga akhirnya ramai di berita yang menyebut Anggara diduga terlibat aksi penyerangan di negara tersebut.
“Waktu pada demo Ahok, dia enggak mau ikut, dia malah bilang ngapain sih kaya gitu, jadi saya engga percaya anak saya bisa jadi teroris begitu,” tandasnya.
Anggara bekerja sebagai sales sebuah produk kopi. Ia merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara. Saat ini, ibunda Anggara masih menunggu kabar berita dari anaknya.(Zie)
