Pandeglang – Sekitar 25 penderita stunting di Pandeglang yang berasal dari Kecamatan Koroncong dan Kaduhejo, dilarikan ke Rumah Sakit Berkah Pandeglang untuk penanganan medis yang lebih serius.
Ironisnya, 25 penderita stunting tersebut tidak memiliki BPJS Kesehatan. Mereka hanya menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu atau SKTM yang memiliki keterbatasan untuk mendapat perawatan medis.
“Peserta stunting yang dirawat di kita ada sekitar 25-an. Jujur saja, ke-25 orang itu bukan peserta BPJS, hanya menggunakan SKTM. Jadi sangat disayangkan karena SKTM hanya bisa digunakan satu kali pemakaian saja dalam satu tahun,” kata Direktur RS Berkah Firmansyah kepada BantenHits.com, Rabu, 25 September 2018.
Penderita Stunting di Pandeglang Tinggi
Dari catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2017 sekitar 46 ribu balita mengalami stunting. Sedangkan tahun ini, sebanyak 136 balita terindikasi stunting.
Sementara, berdasarkan survei ekonomi nasional BPS tahun 2013, jumlah balita di Pandeglang yang mengalami stunting ada sekitar 46.000 dari 125.000 balita atau 38,57%.
Tingginya jumlah penderita stunting di Pandeglang menjadi perhatian Kementrian Kesehatan sehingga menjadikan enam kecamatan di Pandeglang, seperti Koroncong, Saketi, Banjar, Sindangresmi, Cipeucang dan Kaduhejo sebagai lokus penanganan stunting.
BACA JUGA: Enam Kecamatan di Pandeglang Masuk Lokus Stunting
Menurut Camat Keroncong Tati Yuningsih, di wilayahnya ada sekitar 100 penderita stunting, 20 penderita di antaranya sudah dilarikan ke RS Berkah untuk mendapat perawatan medis.
“Awalnya ada 85 anak yang terkena stunting, setelah kita telusuri lagi ternyata masih ada yang kena stunting sehingga angkanya bertambah sekitar 100 lebih,” kata Tati, Rabu, 26 September 2018.(Rus)
