Ibu Hamil Ditandu Bambu Disebut Dinkes Budaya Gotong Royong, Aktivis: Itu Pelecehan!

Date:

Postingan Intagram dinkes_pandeglang.

Pandeglang – Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang menyebut proses menandu wanita hamil saat akan melahirkan di Puskesmas Sindangresmi merupakan sebuah gotong rotong yang harus dicontoh.

Pernyataan itu ditampilkan dalam sebuah foto yang diunggah melalui akun instagram resmi milik Dinkes Pandeglang, sekitar tiga jam lalu, tak lama setelah itu postingan tersebut dihapus.

Sekretaris Dinkes Pandeglang, Eniyati membenarkan postingan tersebut sengaja dibuat Dinkes Pandeglang. Kata dia, dengan kondisi seperti itu, memang harus ada peran masyarakat yang membantu ibu hamil menuju pelayanan kesehatan, meski dengan cara ditandu.

Karena kondisi jalan yang dilalui Enah warga Kampung Kadugedong, Desa Sindangresmi, Kecamatan Sindangresmi, wanita hamil yang ditandu menggunakan bambu dan sarung, saat menuju Puskesmas Sukaresmi tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat.

“Itu kan masyarakat secara gotong royong membantu masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan, karena lokasi  rumahnya jauh dan tidak masuk kendaraan, jadi harus pake tandu,” katanya, Senin 3 Mei 2021.

Dikatakannya, budaya tandu untuk pasien yg sulit dijangkau harus tetap dilestarikan untuk membantu masyarakat memperoleh pertolongan ke tempat pelayanan kesehatan.

“Budaya gotong royong harus dilestarikan (menandu ibu hamil) Disaat akses jalan tidak bisa masuk kendaraan,” ujarnya.

Eni juga menjelaskan, wanita hamil yang bayinya meninggal dunia di dalam kandungan gegera terjatuh ditandu itu tidak benar. Sebab kata dia, sebelmunya ibu tersebut sempat diurut.

“Penyebab anaknya mati saat dilahirkan itu bukan karena jatuh dari tandu. Tapi sebelumnya ibu hamil itu sempat diurut dan usia kehamilannya baru 6 bulan,” kilahnya. 

Menanggapi hal itu, Aktivis Sosial Banten, Lulu Jamaludin mengaku sakit hati mihat postingan tersebut. Lulu menganggap Dinkes Pandeglamg telah melecehkan kaum miskin.

“Dinkes Pandeglang sudah melakukan pelecehan dengan memposting tentang wanita hamil ditandu adalah budaya gotong royong,” kata Lulu.

Salah satu pendiri Pokja Relawan Banten ini menyarnkan Dinkes mencari solusi atas persoalan yang terjadi. Sebab, maslaah wanita hamil ditandu di Kabupaten Pandeglang bukan sekali dua kali.

“Dinkes seperti tutup mata pada kenyataan, bahwa memang masyarakat masih sangat sulit mendapat fasilitas kesehatan yang layak.
Dan fakta wanita hamil ditandu gunakan sarung bukan sekali dua kali,” tutupnya.

Editor : Engkos Kosasih

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related