Pandeglang – Pondok Pesantren atau Ponpes Riyadhussalam pimpinan KH Abdul Wahid yang berlokasi di Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, menggelar wisuda santri, Minggu, 26 Juni 2022.
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani menghadiri acara wisuda tersebut. Pada kesempatan itu, tokoh Partai Gerindra ini menyinggunh soal adab berterimakasih yang telah hilang dari percaturan politik di Indonesia.
Bahkan, kata Muzani, saat ini orang yang dibesarkan partai justru berbalik malah bersaing dengan partai yang membesarkannya demi jabatan.
“Hormatilah para gurumu, kyaimu, para ustaz yang telah mengajarmu memberikan ilmu ilmu kehidupan yang berguna bagimu dan agama. Jangan sekali kali kalian lupa, apalagi mengkhianati orang-orang yang telah membesarkanmu. Saya rasa ini penting untuk terus ditekankan,” kata Muzani dalam keterangannya, seperti dikutip BantenHits.com dari detik.com.
Terima Kasih Jadi Langka
Wakil Ketua MPR RI menyebut, adab politik Indonesia saat ini jarang sekali melahirkan para pemimpin yang bisa menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang telah membesarkannya. Apalagi berterima kasih kepada partai yang telah mengangkat nama harumnya.
“Di Indonesia, jarang sekali politik kita yang menunjukkan berterima kasih terhadap orang yang telah membesarkannya. Dalam tradisi politik kita, terima kasih adalah suatu yang langka, jarang dijumpai sepertinya ini menjadi suatu hal yang mahal. Orang yang dibesarkan partai, justru bersaing dengan partai yang membesarkannya, bersaing demi jabatan-jabatan. Adab politik kita telah dijauhi oleh pelaku politik kita,” ucap Muzani.
Muzani menekankan fenomena ini nyata ada di Indonesia. Dia merasa adab berterima kasih sudah mulai hilang di tengah masyarakat.
“Ini sesuatu hal yang nyata. Maka pemimpin-pemimpin kita harus kembali kepada adab seperti yang diajarkan oleh orang tua kita, para pemimpin terdahulu kita. Hormat menghormati dan saling menghargai adalah sesuatu hal yang telah diajarkan puluhan bahkan ratusan tahun dalam tradisi kita. Tapi akhlak atau adab berterima kasih untuk tahu siapa yang memberi jasa saat ini sudah mulai hilang,” ujar Muzani.
“Adab dan akhlak berterima kasih merupakan cara untuk kita mencari keberkahan demi kebaikan membangun bangsa dan negara. Kita ingin para guru kita, orang tua kita, dan orang-orang yang telah membesarkan kita merasa bangga atas prestasi yang telah kita raih. Maka penting untuk kita berterima kasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita, karena itu adalah untuk kita bisa meraih kebaikan bersama,” lanjutnya.
Karena itulah, Muzani berharap agar Ponpes Riyadhussalam bisa menciptakan calon pemimpin yang bisa menjaga tradisi berterima kasih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Jika akhlak sudah tidak ada lagi dalam kehidupan kita, maka tidak ada lagi rasa saling menghormati dan berterimakasih kepada orang-orang yang telah membesarkan kita. Karena dari sinilah muncul calon pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan. Jika kalian jadi orang jangan pernah berkhianat kepada bangsa, rakyat, guru, kepada kyai-kyai yang telah membesarkan kalian,” sebut Muzani.
Editor: Fariz Abdullah