Berita Tangerang – Informasi bohong dan informasi yang salah dapat menyebabkan perpecahan dan pertikaian antar-anak bangsa.
Karenanya, literasi digital sangat penting, terutama bagi generasi muda, khususnya generasi Z agar tidak mudah terpengaruh atau termakan berita-berita bohong. Gagalnya literasi digital akan berdampak pada kehidupan sosial, secara pribadi dan juga masyarakat umum.
Hal tersebut diungkapkan Dosen Komunikasi Universitas Jayabaya, Jakarta, Dr. Novianty Elizabeth Ayuna saat menjadi narasumber seminar Literasi Digital di Vihara Ekayana Gading Serpong, Rabu, 20 September 2023.
Seminar yang mengambil tema ‘Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Peningkatan Literasi Digital’ itu digelar Pengurus Cabang HIKMAHBUDHI, BEM STAB N Sriwijaya, dan SiberKreasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Kegiatan ini digelar dalam upaya meningkatkan pemahaman tentang keamanan data, menjaga privasi, dan tidak mudah menyebarkan data hingga informasi yang tidak benar di media sosial.
Selain Novianty Elizabeth, seminar tersebut dihadiri narasumber lainnya, Wakil Koordinator Divisi Komunikasi SiberKreasi, Savero Dwpayana. Acara berlangsung selama dua jam dengan dipandu oleh Wakil Ketua BEM STAB N Sriwijaya, Metta Listiana.
“Menurut data Kominfo ada 800 ribu lebih situs penyebar hoaks di Indonesia. Kita bisa lihat ada peristiwa kerusuhan baik di dalam maupun luar negeri yang dipicu oleh hoaks. Informasi bohong dan informasi yang salah juga dapat menyebabkan perpecahan dan pertikaian. Jadi, generasi muda jangan mudah termakan oleh berita-berita yang tidak jelas sumbernya,” ujar Novianty, yang menyampaikan seminar tersebut, Rabu 20 September 2023.
11.759 Konten Hoaks Tersebar
Novianty yang juga Calon Legislatif (Caleg) dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo) itu juga memaparkan hasil temuan Tim AIS Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Kominfo bahwa sejak Agustus 2018 hingga Juni 2023 ada total sebanyak 11.759 konten hoaks.
“Berita hoaks tersebut terbanyak dari konten kesehatan, terutama di masa pandemi covid-19, kemudian berita hoaks tentang pemerintahan dan politik. Untuk itu bagi generasi Z dan milenial pada umumnya, khususnya generasi muda komunitas Buddhis, saya berharap bisa bijak dan cermat menyikapi sebuah informasi di medsos. Hati-hati dengan judul yang provokatif, cermati alamat situsnya, periksa faktanya dan keaslian foto-foto yang ditampilkan. Atau bisa mengonfirmasi kebenaran informasi tersebut ke media-media konvensional,” ungkap Novianty.
Novianty menambahkan, hingga Januari 2023 dari persentasi pemakai internet di Indonesia berusia 16 tahun hingga 64 tahun, pengguna platform Whatsapp masih tertinggi, yakni 92,1%, diikuti Instagram 86,5%, Facebook 83,8% dan Tik Tok sebanyak 70,8%.
Sementara itu, di acara yang sama Savero Dwipayana mengatakan, literasi digital dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Ia juga menyinggung penggunaan medsos, berita hoaks dapat berdampak buruk bagi pengguna media dan bisa menyebar ke berbagai pihak. Namun, klarifikasi yang disebar membutuhkan waktu 20 hari, sedangkan berita hoaks dapat di sebar hanya membutuhkan waktu 24 jam.
“Informasi hoaks atau tidak benar ini bermula ketika sesorang mengatakan ‘katanya’” dan kemudian pendengar langsung saja percaya dengan berita tersebut. ketika kita mendengar berita hanya setengah-setengah dan belum bisa di katakan valid, tidak lain kita sudah terkena berita hoaks atau berita yang tidak valid,” ungkapnya.
Millenials Rawan Terpapar
Generasi millenials (gen Y) dan generasi Z (i-gen) adalah generasi muda disebut rentan terpapar hoaks, disinformasi (informasi palsu) dan misinformasi (informasi yang salah) yang beredar di dunia maya, terutama media narabumber.
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia (APJII), periode 2022-2023 ada 215,63 juta orang pengguna internet. Dan sekitar 191 juta lebih (data We Are Social 2022) pengguna medsos di Indonesia.
Dari jumlah pemakai medsos tersebut, kelompok gen Y dan Z inilah yang paling banyak menggunakan medsos. Sebabnya, mereka lahir dan tumbuh di era digital dan teknologi yang sudah sangat maju. Generasi milineal adalah mereka yang lahir pada 1980 hingga 1995, sedangkan gen Z adalah mereka yang lahir pada 1997 hingga 2000-an.
Gagalnya literasi digital memiliki konsekuensi serius dan mempengaruhi kemampuan generasi muda untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital. Tindakan perlu diambil oleh pemerintah, lembaga pendidikan, dan keluarga untuk meningkatkan literasi digital di kalangan generasi muda.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana