Aku Memang Bukan Tuhan

Date:

Alam percaya kau pergi karena himpitan sebuah perasaan
Yang menghentakmu untuk tinggalkan kenyataan yang kau buat
Alam percaya kau pergi karena bukan sebuah perjanjian
Sebab kau hanya bisa memberikan semua kebualan
Alam pun bertanya apa yang membuat indah perenungan
Sebab kau hanya bisa menjejalkan pikiran-pikiran kesombongan
Untuk kemudian hidup adalah sebuah pilihan..

Alam percaya kau pergi karena himpitan sebuah perasaan
Yang menghentakmu untuk tinggalkan kenyataan yang kau buat
Alam percaya kau pergi karena bukan sebuah perjanjian
Sebab kau hanya bisa memberikan semua kebualan
Alam pun bertanya apa yang membuat indah perenungan
Sebab kau hanya bisa menjejalkan pikiran-pikiran kesombongan
Untuk kemudian hidup adalah sebuah pilihan..

Dasar kebahagiaan adalah ketika pesonamu hanya untuk sebuah mainan
Dasar kebahagian adalah ketika buai’an aura sahwatmu  menjadi  “barang” percobaan
Lalu hidup cuma tangisan rutinitas kepalsuan untuk mereka yang kau anggap kesayangan
Alam termenung oleh sebuah kenyataan kepahitan
Alam tersedak oleh sebuah telanan yang terpaksakan
Baginya kejadian demi kejadian adalah sesuatu yang dibuat untuk dimengerti
Ketika kau katakan sujud adalah sebuah hiasan ke ibadahan, kemudian kau tutup tidak dengan kesungguhan, Alam hanya berujar itu adalah kebiasaan mu dalam mengolah apa yang kau miliki untuk kemudian kau pertontonkan dan kalau perlu kau gratiskan agar hidupmu masih seperti terbalut keindahan

Dan kini, semua hanyalah suara hati yang tertinggalkan,ketika pagi ,sore dan malam ucapan itu pun menghilang
Bagimu itu adalah kesalahan,bagimu itu adalah bukan ketaatan, dan bagimu itu adalah urusanku hingga “kau bukan Tuhan”  teriak sajalah..
Karena kehidupan itu tetap lah uang,dan uang dan uang..hidup telanjang dalam kemunafikan serta dosa yang sudah tertanam di mana-mana dahulu,kemarin,hari ini dan mungkin esok hari.
 
“aku bukan istrimu…!!!!  itulah bentakan terakhir mu’
Alam pun mendung..
hujan dan angin membawa kaki Alam ini melangkah pergi menjauh dengan kepahitan,menjajaki hutan pinus dan basahnya tetesan air dari daun hijau yang melambai.
Lelah sudah …hingga rintih “semoga Tuhan menghapus semua dosa  kita”

Penulis: Ichsan Sodikin

Author

Previous article
Next article

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Hikayat Secangkir Kopi

(Untuk Edi) Matahari sudah tinggi. Bangunlah,...

Wajah Waktu

  Kau kah itu yang mengetuk-ngetuk daun pintu waktuku...

Selamat Menghardik

Seraya menengadahkan tanganKomat-kamit permintaan tercurah dengan raut pasrah ...

Nusantara

Tanah retak-retak ini Tempatku diejek matahari ...