Cilegon – Warga korban gusuran di Cikuasa Pantai dan Kramat Jaya, Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Cilegon mengusir petugas PT KAI Daops I Jakarta dan Satpol PP bersama pejabat Pemkot Cilegon, Kamis (3/8/2017).
BACA JUGA: Demo di Gedung DPRD, Korban Gusuran Pemkot Cilegon Tuntut Keadilan
Warga mengusir petugas yang akan mensurvei lahan gusuran yang yang akan dibagun Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ratusan warga yang emosi langsung berusaha memberhentikan mobil petugas dan melarang kendaraan masuk mendekati permukiman mereka.
“Mundur! Mundur! Saya bilang mudur!” teriak Astuti salah satu warga.
Bahkan, mobil dinas milik Pemkot Cilegon nyaris dibakar. Mobil berplat merah A 683 U itu sudah disiram warga menggunakan bensin. Begitu juga mobil milik Sekretaris Satpol PP Cilegon, Iman Adi Priadi yang juga tak luput dari amukan massa.
BACA JUGA: Menang Gugatan, Korban Gusuran Pemkot Cilegon Geruduk Gedung Dewan
Warga tak keberatan jika tempat tinggal mereka kembali dibongkar. Namuna, berharap ada solusi yang tepat dari pemerintah.
“Tahun lalu kami digusur, rumah kami dibongkar dan kami dibiarkan begitu saja, tidak ada perhatian. Sekarang datang, bukan membawa sembako tapi ingin menambah kesengsaraan kami,” ucap Astuti kesal/
Kuasa hukum warga, Evi Silvi mengatakan, Pemkot Cilegon melakukan tindakan semena-mena terhadap warga dengan cara melakukan pembongkaran secara paksa tanpa melihat dampak yang disebabkan.
“Mereka (Pemkot Cilegon dan KAI) harus menghargai hukum yang masih berproses. Kedatangan mereka ke lokasi ini adalah bukti kalau perbuatan mereka sudah melanggar hukum,” terang Evi.
Diketahui, Pemkot Cilegon mengajukan bading setelah kalah di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Serang awal tahun lalu. Kuasa hukum bahkan melaporkan pemkot atas dugaan perbuatan melawan hukum ke Pengadilan Negeri Serang dan hingga proses kasasi di MA terhadap putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta.
BACA JUGA: Keok sama Korban Gusuran di PTUN, Wali Kota Cilegon Banding
Hingga berita ini di turunkan, petugas masih berupaya meredam kemarahan warga.(Nda)