Tangerang – Forum Persaudaraan Ummat Islam Banten atau FPUIB akan menggelar aksi solidaritas untuk Muslim Uighur yang mengalami penindasan di Xinjiang, China. Aksi solidaritas tersebut dinamai Aksi 2112, Solidaritas untuk Muslim Uighur.
Dalam keterangan tertulis yang diterima BantenHits.com, Aksi 2112 akan digelar Jumat, 21 Desember 2018, mulai pukul 13.00 WIB atau selepas salat Jumat.
“Peserta aksi salat Jumat di Masjid Agung Ats Tsauroh Kota Serang (kemudian) long march menuju Alun-alun Barat Kota Serang,” kata Koordinator FPUIB Al Faqier Abu Wildan dalam keterangan tertulisnya.
Aksi 2112 rencananya akan diikuti umat Islam di Banten dari sejumlah pondok pesantren dan organisasi masyarakat, maupun organisasi kepemudaan. Hingga Selasa malam, 18 Desember 2018 pukul 22.00 WIB, sedikitnya sudah ada 14 pondok pesantren dan organisasi lainnya yang menyatakan akan mengikuti aksi.
Sejumlah pondok pesantren yang akan mengikuti Aksi 2112 merupakan pondok pesantren yang sebelumnya selalu mengikuti Aksi Bela Islam, mulai Aksi 411, Aksi 212, dan Aksi Bela Tauhid.
FPUIB menyebut, rezim China menjalankan operasi militer yang sistematis untuk membersihkan 15 juta Etnis Uighur Muslim di Xinjiang, wilayah Turkistan Timur, China.
“Dari 24.000 masjid di seluruh Turkistan Timur, lebih dari 20.000 di antaranya telah dihancurkan, diubah menjadi kantor-kantor pemerintah, diberikan kepada pebisnis China, dan berubah menjadi pusat propaganda,” terangnya.
Tak hanya itu, lebih dari 60.000 guru agama dan ulama telah dibuang ke penjara dengan dalih memerangi ekstremisme. Ulama besar Muhammad Salih terbunuh di penjara, sementara imam terkenal lainnya seperti Abdushukur Haji telah dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
“Sebagai bentuk kepedulian terhadap keadaan saudaranya kami menyerukan kepada segenap kaum Muslimin wal Muslimat untuk ikut serta dalam Aksi 2112,” serunya.
Pemerintah Indonesia Diam soal Uighur
Dikutip dari CNNIndonesia, Etnis Uighur kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah pemerintah China dikabarkan menahan satu juta suku minoritas tersebut di kamp penahanan indoktrinasi. Para etnis Uighur itu dilaporkan dipaksa mencintai ideologi komunis.
Berdasarkan kesaksian mereka, otoritas China terus melakukan penahanan massal sewenang-wenang terhadap Uighur dan minoritas Muslim lain di Xinjiang sejak 2014 lalu.
Pemerintah China sendiri memaksa etnis Uighur masuk ke kamp khusus dengan alasan tidak normal sehingga harus dimasukkan ke kamp untuk ‘mendidiknya’ agar kembali normal. Mereka menyangkal tudingan pelanggaran HAM dan menyatakan kamp itu cuma bagian dari “pelatihan.”
Ketergantungan ekonomi dan investasi Indonesia terhadap China dianggap menjadi salah satu alasan Jakarta tak bisa berbuat banyak untuk menekan Beijing soal dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap suku muslim Uighur di Xinjiang.
“Ketergantungan ekonomi yang tinggi atas China di bidang perdagangan dan investasi, dalam konteks bilateral dan CAFTA, memaksa RI berpikir amat panjang dan mendalam sebelum membuat sebuah kebijakan atas praktik pelanggaran HAM yang terjadi di Xinjiang,” ucap pengamat politik internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, kepada CNNIndonesia.com, Selasa, 18 Desember 2018.
Selain ketergantungan ekonomi, Indonesia juga telah menyepakati perjanjian kemitraan komperhensif strategis bersama China pada 2008 lalu.(Rus)