Meski Dapat Bantuan Rp25 Juta Setiap KK, Korban Kebakaran Baduy Masih Tinggal di Huntara

Date:

Huntara warga kebakaran korban baduy luar. (Istimewa)

Lebak- Pasca kebakaran, Sebanyak 57 Kepala Keluarga Suku Baduy Luar warga Kampung Kadugede, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar tinggal di tempat hunian sementara (Huntara) beratapkan terpal. Tempat hunian sementara beratapkan terpal dibangun oleh warga Suku Baduy secara bergotong-royong.

“Huntara beratapkan terpal dibangun sesuai jumlah KK yang menjadi korban kebakaran. Totalnya sebanyak 57 unit,”kata Kaur Umum Desa Kanekes Arie Kuncoro kepada awak media, Minggu, 22 September 2019.

Arie menjelaskan, sebanyak 57 unit huntara dibangun di atas lahan satu hamparan. Berlokasi masih di Kampung Kadugede.

“Bantuan yang paling mendesak dibutuhkan korban kebakaran berupa kebutuhan primer atau pokok. Seperti peralatan memasak, rupa pakaian sesuai adat Baduy,”katanya.

“Bantuan juga datang dari Kemensos, telah ada rencana untuk pemberian bantuan tempat tinggal. Saat ini pendataannya oleh Pemdes Kanekes dibantu TKSK Leuwidamar,”sambungnya.

Baca Juga: Kebakaran Hebat di Baduy, 40 Rumah Hangus dan Satu Warga Terbakar

Lebih lanjut Arie menjelaskan, berdasarkan informasi diterima, bentuk bantuan dari Kemensos berupa uang sebesar Rp 25 juta. Bantuan sebesar itu untuk setiap satu unit rumah.

“Nanti simbolisnya diberikan kepada Kades Kanekes. Kalau tidak ada halangan dijadwalkan pada tanggal 26 September 2019 ini,”katanya

Sementara itu Staf BPBD Kabupaten Lebak Tito menuturkan, bahwasannya warga Suku Baduy yang menjadi korban kebakaran terlihat tegar dan tali persaudaraannya sangat kuat,”Sehari pasca kebakaran mereka langsung mendirikan tempat tinggal sementara beratapkan terpal (bantuan BPBD Lebak). Cara kerjanya cepet dalam sehari bisa selesai karena dikerjakan secara bergotong-royong,”katanya.

Tito mengatakan, tempat tinggal sementara cepet pertama kali dibangun untuk warga sudah berusia lanjut dan anak-anak. Setelah itu selesai mereka membangun untuk tempat tinggalnya masing-masing.

“Semua huntara sama beratapkan terpal dengan penyangga dari kayu dan bambu. Karena memang rumah mereka tempati tidak boleh pakai besi,”katanya.

Sepertihalnya, bangunan tenda pengungsian sudah didirikan BPBD. Dimana semua penyangganya mengenakan besi.

“Membuat warga Baduy memilih tidak tinggal di tenda berpenyangga besi tetapi di rumah tetangganya. Tapi ada juga beberapa warga tidur di situ yang kebetulan mendapat tugas menjaga logistik, kalau yang lainnya tinggal di tendanya masing-masing,”katanya.

Tito mengungkapkan, kaitan tempat tinggal, warga Suku Baduy secara mandiri membangun tempat tinggalnya masing-masing. Dimana tempat tersebut dijadikan tempat hunian sekaligus menyimpan barang kebutuhannya.

“Jadi mereka itu sangat tertib dan patuh terhadap aturan. Termasuk membuat rumah mereka patuh tidak menggunakan besi,”katanya.

Lebih lanjut Tito menambahkan, tim BPBD setiap harinya standby dilokasi bencana bersama perangkat desa, relawan dan warga setempat. 

“Setiap harinya membantu menyiapkan makan untuk warga. Dalam sehari kita masak beras seberat 25 kilo bahkan lebih, tergantung dari situasi karena memang bukan buat warga saja tapi juga para relawan,”katanya

Editor: Fariz Abdullah

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related