Dear Millenials, Kalian Bisa Bawa Indonesia Jadi Pemenang di Masa Pandemi dengan Hal Ini!

Date:

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno saat menjadi narasumber dalam webinar “Membangun Bisnis dan Ekonomi Kreatif Untuk Generasi Milenial” yang digelar Universitas Paramadina, Senin, 9 Agustus 2021.(Foto: Dok. Universitas Paramadina)

Jakarta – Sebagian dari kita kerap menggambarkan inovasi dengan sesuatu yang ribet dan njelimet. Benarkah demikian? Ternyata tidak!

“Melakukan hal lebih baik, lebih cepat dan lebih murah, itulah inovasi,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno saat menjadi narasumber dalam webinar “Membangun Bisnis dan Ekonomi Kreatif Untuk Generasi Milenial” yang digelar Universitas Paramadina, Senin, 9 Agustus 2021.

“Jika bisa melakukan hal itu dengan berinteraksi, kerja-kerja digital, dan menciptakan konten kreatif maka ke depan Indonesia akan jadi pemenang di masa pandemi,” sambungnya.

Sandiaga mengungkapkan, inovasi, adaptasi dan kolaborasi merupakan syarat agar hal-hal positif dapat tercapai.

Menurut Sandiaga, pandemi saat ini telah memicu kolaborasi. Contoh realnya adalah Gojek dan Tokopedia di mana keduanya adalah Decacorn yang memutuskan bergabung dan pada periode terakhir.

“Grup GoTo memiliki Gross Transaction Value (GTV) lebih dari 45 miliar USD, lebih dari 1,8 miliar USD transaksi, dan lebih dari dua juta mitra driver yang terdaftar. Begitu pula Bukalapak yang dalam IPO terakhir tembus ke atas dan memiliki GTV mencapai 100 triliun rupiah,” beber Sandiaga.

Dampak negatif pandemi saat ini, lanjutnya, lebih berat untuk subsektor yang belum menggunakan platform digital.

“Seluruh subsektor ekonomi kreatif mengalami pertumbuhan negatif kecuali subsektor televisi, radio, aplikasi dan game developer. Meskipun mengalami pertumbuhan, proporsi kontribusi subsektor kuliner, fashion dan kriya tidak berubah signifikan,” terangnya.

Sementara, Dosen Universitas Paramadina, Hendriana Werdhaningsih, M.Ds.  menyatakan bahwa Industri kreatif adalah motor dari ekonomi kreatif.

“Bidang ekonomi dan desain saling terkait, desain mengartikulasikan konteks penggunaan, peran sebuah produk atau peranan komunikasi, lingkungan, servis dan sistem dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sebatas point of sale sebuah produk, seperti yang biasa dibicarakan dalam teori ekonomi,” jelasnya.

Mengutip Joseph Schumpeter (1934), Hendriana menjelaskan bahwa inovasi adalah faktor penggerak penting dalam pertumbuhan ekonomi.

“Desain juga berperan dalam sistem ekonomi dan Desain sebagai sebuah cara berpikir dan bertindak untuk menghasilkan suatu kebaruan (Design thingking and design doing)” kata Kandidat Doktor IIT Institute of Design Chicago, USA ini.

Wanita yang akrab disapa Henne ini menambahkan, desain adalah sebuah proses perubahan dari kondisi terkini ke kondisi yang kita harapkan, berangkat dari situasi yang ada sekarang. “What if” nya, yang dijadikan goals adalah kesejahteraan, atau dari welfare ke wellbeing.

Henne juga mengungkapkan,  Eco Development menggunakan pendekatan yang menjaga harmoni dari sebuah tujuan sosial dan tujuan ekonomi dengan manajemen ekologi berdasarkan semangat solidaritas kepada generasi mendatang.

“Artinya, dalam setiap proses keputusan kita untuk berbisnis apa saja, maka tujuan ekonomi harus sejalan dengan tujuan sosial dan kelestarian lingkungan. Karena dunia tidak hanya diperuntukkan bagi kita sekarang, tapi juga buat generasi mendatang,” terangnya.

Birokrasi Jangan Menghambat

Rektor Universitas Paramadina Prof. Dr. Didik J. Rachbini menekankan bahwa untuk mendorong maju usaha menengah dan kecil, diperlukan peran negara yang bagus. Negara tidak boleh menghambat dengan birokrasi yang ketat sehingga semua bisnis kecil dan menengah terhambat oleh peran negara.

Prof. Didik J. Rachbini saat menghadiri webinar “Membangun Bisnis dan Ekonomi Kreatif Untuk Generasi Milenial” yang digelar Universitas Paramadina. (Foto: Dok. Universitas Paramadina)

Prof. Didik mencontohkan apa yang dilakukan oleh mantan Presiden Korea Selatan Park Chung Hee (1961-1979) ketika ia memberikan dorongan penuh negara bagi sektor pertanian, industri dan bisnis Korea Selatan.

“Hal itu menjadi dasar-dasar dari reformasi Korea Selatan yang dulu sekitar 1960-an pendapatan per kapitanya sama dengan Indonesia yakni sekitar 150 Dolar USD per kapita. Sementara saat ini pendapatan Korsel telah mencapai 30 ribu dolar USD per kapita,” ungkapnya.  

Ia juga menyatakan bahwa pandemi yang melanda Indonesia saat ini telah berdampak besar bagi perkembangan UMKM dalam negeri.

“UMKM mengelola sekitar 6 juta unit usaha namun aset yang dimiliki hanya 0 – 50 juta rupiah dan penjualan sampai 300 juta rupiah per tahun, ini terlalu kecil. Dengan demikian usaha mikro seperti itu bukanlah unit usaha yang bisa mendorong perekomian tetapi hanya untuk bertahan hidup sehari hari di masa krisis,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa perekonomian tidak bisa terus bertahan hanya pada usaha mikro. Namun harus naik kelas ke usaha kecil dan menengah yang asetnya 50 – 300 juta rupiah dan penjualan per tahun sekitar 2,5 miliar rupiah.

“Perekonomian rakyat harus didorong naik kelas ke usaha kecil dan menengah seperti yang sekarang dilakukan oleh generasi milenial dengan bisnis Informasi dan Teknologi (IT),” ujarnya.

Untuk mendorong ekonomi kecil tumbuh, lanjutnya, negara perlu melakukan berbagai upaya. Pertama, harus ada institusi yang bertanggungjawab untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah. Kedua, Pembinaan SDM khususnya bidang Information Technology (IT) oleh para generasi milenial.

Ketua BPD Hipmi Sultra Sucianti Suaib Saenong mengungkapkan data betapa Indonesia kaya akan sumber daya namun jumlah pengusahanya belum bertumbuh.

“Sumber daya manusia yang berjumlah 270 juta penduduk, namun jumlah pengusahanya masih rendah yakni hanya 3% dari total jumlah penduduk. Coba kita bandingkan dengan Singapura yang memiliki 7% pengusaha dari jumlah penduduknya,” bebernya.

Suci juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif akan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi baru.

“Hal ini yang akan menjadikan negara kita menjadi negara maju, bukan lagi negara berkembang. Dan sebagai anak muda hal yang utama adalah investasi pada diri sendiri,” pungkasnya.

Editor: Fariz Abdullah

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Dua Parpol Pemilik Suara Besar di Banten Gelar Pertemuan Tertutup, Isyarat Koalisi Mencuat

Berita Banten - Partai Golkar dan Partai Gerindra yang...

Arahan Presiden Jokowi dalam Rakernas Kesehatan Nasional di Kabupaten Tangerang

Berita Banten - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri sekaligus...