Bukan Hanya Pemudik yang Capek Terjebak Kemacetan tapi Polisi Pun Sama, Yuk Budayakan Saling Bantu!

Date:

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo saat meninjau arus mudik di Pelabuhan Merak, Sabtu, 30 April 2022.(BantenHits.com/ Mahyadi)

Jakarta – Jajaran Polri dinilai telah bekerja maksimal dalam mengatur arus lalu lintas selama musim mudik Lebaran 1443 H ini. Kinerja kepolisian tersebut layak diapresiasi.

Hal tersebut disampaikan Pengamat Transportasi Universitas Trisakti Yayat Supriyatna kepada wartawan, Sabtu, 7 Mei 2022.

Menurut Yayat, upaya Kepolisian mengatur lalu lintas pada Lebaran tahun ini merupakan pekerjaan yang sangat berat.

Risiko Mudik

Yayat mengatakan, Pemerintah dan jajarannya telah memikirkan kemungkinan kemacetan yang terjadi pada mudik Lebaran 2022, beserta rencana mitigasinya. Namun, sambung ternyata masyarakat memilih mudik dan balik ke kota domisili sesuatu keinginan mereka.

“Pemerintah sudah mengantisipasi dan membuat rencana. Tetapi yang menarik di sini adalah, apa yang direncanakan pemerintah itu suka berbeda dengan apa yang direncanakan oleh masyarakat. Misalnya kalau pemerintah mengatakan berangkatlah lebih awal, pulanglah lebih cepat,” jelas Yayat seperti dikutip BantenHits.com dari detik.com.

“Tetapi di masyarakat kan mereka yang punya rencana sendiri memanfaatkan waktu libur dan cutinya. Kedua mereka juga ada yang (waktu liburnya) diatur oleh tempat kerja mereka,” sambungnya.

Kemacetan, lanjut Yayat, adalah risiko dari kegiatan mudik. Yayat berpendapat arus mudik dan arus balik identik dengan kemacetan.

“Menjadi hal yang harus disikapi secara bersama-sama sekarang adalah sikap untuk bisa menerima keadaan macet supaya tidak viral ada yang marah-marah. Jadi masyarakat itu mau tidak mau, siap tidak siap, menerima macet sebagai konsekuensi dari perjalanan arus mudik dan arus balik,” ujar Yayat.

“Jadi harus dipahami ini Lebaran. Lebaran itu kalau arus mudik, arus balik identik dengan macet. Cuma masyarakat itu berharap macetnya jangan terlalu lama. Tetapi lama atau tidaknya itu tergantung volume kendaraannya,” jelasnya.

Patuhi Aturan

Yayat mengimbau, masyarakat lebih baik mematuhi aturan dan arahan yang diberikan petugas di lapangan yaitu polisi. Yayat menyebut masyarakat masih bersikap semaunya.

“Nah dengan sikap menerima kondisi dan pengaturan yang diberikan oleh pihak polisi. Jadi kalau terjadi persoalan sekarang ini adalah bentuk suatu sikap dari masyarakat yang ‘bagaimana gue saja’,” imbuh dia.

Sebagai salah satu solusi mengatasi kemacetan, Yayat menyebut berbagi informasi adalah salah satunya. Pemudik harus membiasakan diri dengan aktivitas mencari informasi tentang perjalanan dan situasi di jalan.

“Satu hal yang perlu ditambahkan dalam situasi perjalanan, masyarakat itu harus membuka informasi selama 24 jam, khususnya selama perjalanan. Contohnya meng-update dari Google Map, mengupdate informasi yang dibuka melalui media sosial maupun online, mengupdate sesama pejalan,” ujar Yayat.

Yayat menekankan pentingnya komunikasi antara sesama pelaku mudik, sehingga informasi bisa lebih cepat diketahui dan pemudik bisa segera menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

“Jadi kalau mereka melakukan perjalanan bersama, maka update ke teman, sahabat, kerabat yang melakukan perjalanan yang sama. Sehingga mereka saling mengkonfirmasi misalnya yang satu sudah di KM 100, yang satu di KM 50. Updating itu penting. Jadi di sini yang diperlukan adalah komunikasi antara sesama pemudik,” lanjut Yayat.

Petugas Polres Cilegon Bantu Pemudik yang pingsan di Pelabuhan Merak, Jumat malam, 29 April 2022.(BantenHits.com/ Mahyadi)

Mudik Beda dengan Situasi Normal

Yayat menuturkan tak cuma pengendara yang terjebak macet saja yang merasa kelelahan. Polisi yang berupaya menjadikan arus lalu lintas lancar pun merasakan hal yang sama.

“Jadi masyarakat juga harus bersikap supportif. Bisa menerima keadaan ini karena apa, karena semuanya mengalami,” katanya.

Yayat menuturkan meski polisi telah bekerja maksimal, namun jumlah personel di lapangan tak sebanding dengan masyarakat yang mudik. Oleh sebab itu, masyarakat yang terjebak kemacetan diharapkan dapat memahami situasi lalu lintas saat mudik tak bisa disamakan dengan saat normal.

“Jadi jumlah anggota aparatnya sudah sangat terbatas, sementara pergerakan itu 24 jam. Yang paling menarik di tengah kondisi ini adalah sharing dari para pemudik. Jadi pemudik itu bukan penikmat ya, ‘gue maunya lancar saja’, nggak bisa. Mereka juga harus memahami bahwa situasi ini berbeda antara kondisi normal dan tidak normal,” terang Yayat.

Yayat menekankan sikap saling bantu saat musim mudik ini adalah hal yang penting. Polisi membantu menekan potensi kemacetan, dan masyarakat membantu dengan cara mau diatur.

“Jadi sikap untuk bisa menerima keadaan, sikap saling membantu itu penting. Artinya pemudik juga membantu pihak kepolisian, membantu operator, membantu pelabuhan untuk sharing. Yang menjadi masalah adalah mau diatur tidak sih,” ujar Yayat.

Yayat kemudian menyinggung soal rasa empati. Dia mengatakan saat mudik semua orang ingin secepat-cepatnya bertemu sanak saudara di kampung halaman.

“Dalam kondisi ini yang harus dibangun adalah empati dan simpati. Jadi rasa egoisme itu kita turunkan bahwa egoisme pingin cepat, karena situasi tidak memungkinkan untuk itu,” tutur dia.

Yayat juga menyampaikan terkait adanya anomali pada musim mudik Lebaran 2022. Dia meminta masyarakat yang ruas jalannya digunakan untuk rekayasa lalu lintas, tak bersikap cemburu.

“Jadi sikap yang paling baik adalah bersimpati dan sikap siap untuk menerima keadaan seperti ini. Karena kondisi seperti ini extraordinary. Kalau anomali harus disikapi dengan sikap lebih cerdas,” ungkap dia.

“Kadang-kadang banyak orang cemburu, sebelah kirinya agak lancar karena one waynya sudah dibuka. Itu sikap untuk menerima keadaan emergency, ini sikap yang rasional,” ucap Yayat.

Masih kata Yayat, di antara darat, laut dan udara, transportasi daratlah yang paling tak bisa diatur, meski sudah direncanakan sebaik-baiknya. Berbeda dengan transportasi udara dan laut yang volume pelaku perjalanannya sudah terjadwal dan tak mungkin berbenturan satu dengan lainnya.

“Memang yang tidak bisa diatur dalam konteks pengaturan perjalanan itu ya perjalanan darat. Kapal ada jadwalnya, pesawat ada jadwalnya. Tetapi yang tidak bisa diatur adalah yang membawa kendaraan pribadi, di situlah persoalan terjadi,” kata akademisi yang juga pengamat tata kota ini.

“Persoalan ketidaksinkronan antara apa rencana yang dibuat oleh pihak kepolisian, dengan apa yang direncanakan oleh masyarakat. Jadi kalau sekarang terjadi macet di mana-mana, ya tidak ada pilihan karena struktur jalan ya segitu-gitu saja,” imbuh Yayat.

Polisi Harus Tetapkan Indikator

Yayat lalu bersaran agar kepolisian mensosialisasikan indikator cara bertindak mereka di lapangan. Semisal dengan membuat status merah, kuning dan hijau.

“Sebetulnya indikator-indikator itu yang harus diinformasikan kepada masyarakat. Seperti Katulampa, seperti menghadapi banjir ada siaga satu, siaga dua, tiga. Indikator merah, kuning atau hijau,” ungkap Yayat.

Yayat berpendapat kata ‘situasional’ yang kerap digunakan dalam sosialiasi rekayasa lalu lintas masih belum dapat membuat paham seluruh masyarakat. Dengan indikator, menurut Yayat, masyarakat akan lebih mudah memahami.

“Nah masyarakat itu perlu panduan mengenai indikator-indikator itu sebagai early warning system. Jadi masyarakat bisa tahu kenapa polisi akan menutup atau membuka, memperpanjang atau membuat contraflow. Jadi sampaikan ke masyarakat indikator-indikator itu,” saran Yayat.

Editor: Fariz Abdullah

 

Author

  • Darussalam J. S

    Darusssalam Jagad Syahdana mengawali karir jurnalistik pada 2003 di Fajar Banten--sekarang Kabar Banten--koran lokal milik Grup Pikiran Rakyat. Setahun setelahnya bergabung menjadi video jurnalis di Global TV hingga 2013. Kemudian selama 2014-2015 bekerja sebagai produser di Info TV (Topaz TV). Darussalam JS, pernah menerbitkan buku jurnalistik, "Korupsi Kebebasan; Kebebasan Terkorupsi".

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Dua Parpol Pemilik Suara Besar di Banten Gelar Pertemuan Tertutup, Isyarat Koalisi Mencuat

Berita Banten - Partai Golkar dan Partai Gerindra yang...

Arahan Presiden Jokowi dalam Rakernas Kesehatan Nasional di Kabupaten Tangerang

Berita Banten - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri sekaligus...