Es Teler 77, Resep Keluarga untuk Indonesia Tercinta

Date:

Bermula dari memenangkan kontes makanan khas Indonesia di tahun 1981, lalu membuka warung tenda di pelataran parkir sebuah mal, kini nama Es Teler 77 mendunia dengan hampir dua ratus cabangnya.

Nama Andrew Nugroho, sebagai generasi ke tiga keluarga pendiri, turut andil dalam memajukan kesuksesan retoran masakan khas Indonesia itu.

Andrew, anak kedua dari pendiri Es Teler 77, Sukyatno Nugroho, menjadi saksi perjuangan keras ayah dan keluarga besarnya, untuk tetap mempertahankan restoran keluarga itu selama 30 tahun.

Pada 1981 silam, Andrew hanyalah seorang remaja. Dia belum terjun langsung usaha keluarganya.

“Namun, saya tahu sejarahnya, karena berawal dari nenek saya,  ibu Murniati Widjaja yang memenangkan lomba memasak dengan menu es teler yang diselenggarakan majalah Gadis dan PKK DKI Jakarta pada tahun tersebut,” ungkap lelaki berkacamata dan bertubuh tegap itu, mengingat kembali perjalanan kesuksesannya.

Berangkat dari itulah, ide bisnis sang ayah, Sukyatno berkembang. Dikatakan Andrew, Es Teler 77 pertama dibuka di teras lantai satu pertokoan Duta Merlin, Jakarta.

Di tahun berikutnya, keluarga besar Andrew membidik tempat di dalam mal atau pusat perbelanjaan sebagai tempat restorannya.
Menurut Andrew, masyarakat Indonesia lebih tertarik memakan masakan luar negeri, dibandingan masakan yang sering dimakan di rumah sehari-hari. Dari sanalah, Andrew menganggapnya sebagai tantangan.

“Lihat saja, di dalam mal kalau enggak makanan western pasti makanan khas negara Asia, jarang ada dari Indonesia,” katanya.

Andrew menganggap itu suatu peluang. Menyadari hal tersebut, tim Es Teler 77, memfokuskan diri untuk mengembangkan restoran di dalam mal. Barulah, pada tahun 1998, dia, memutuskan gabung bersama ayah, ibunya Yenny Setia Widjaja, kakeknya Trisno Budijanto, dan neneknya, sang penemu resep es teller Murniati.

Setelah memutuskan sistem penyebaran cabang berai dengan cara wara laba, Andrew memutuskan mengembangkannya hingga ke luar negeri.

 “Saat itu ada orang Indonesia yang emang menginginkan membuka gerai di Malaysia, Singapura, dan Australia,” ujarnya.

Di luar dugaan, sebanyak 8 gerai di tiga negara tersebut, menurut Andrew tidak hanya ramai dikunjungi orang Indonesia yang bermukim di negara tersebut, melainkan banyak warga negara bangsa tersebut yang ketagihan pergi ke restoran hasil racikan keluarga itu.

“Saya juga kaget, dikira hanya orang Indonesia yang di Malaysia, Singapura, dan Australia saja yang suka, ternyata warga negara aslinya pun jadi pelanggan tetap kami,” akunya.
Melihat masih banyaknya peluang untuk membuka gerai diluar Indonesia, Andrew berencana melebarkan gerai hingga ke Saudi Arabia.

Dari perjalanan bisnis Es Teler 77, Andrew ternyata belajar akan sesuatu. Menurutnya, dengan mencintai makanan Indonesia, dengan melebarkannya hingga ke luar negeri, sama saja menyebarkan cinta akan bangsa ini hingga ke seluruh dunia.

“Sudah saatnya bangga dengan makanan negeri sendiri,” katanya. (Rus)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mengenal Ratu Adzra Salsabilah, Anak Berkebutuhan Khusus dengan Prestasi Gemilang

  Lebak- Keterbatasan tidak menyurutkan semangat Ratu Adzra Salsabilah dalam...

Jabat Sekwan DPRD Lebak; Lina Budiarti All Out Dukung Tugas Para Wakil Rakyat

Lebak- Sekretariat DPRD Kabupaten Lebak resmi memiliki sosok pimpinan...

Cerita Kelam JB, Ayah Bupati Lebak Pernah Diteror Rentenir hingga Berjualan Ikan Asin

Lebak- Siapa yang tak kenal dengan Mulyadi Jayabaya. Namanya...