Pengusutan Korupsi di Banten “Mangkrak”, Presiden Dengar Langsung Laporannya

Date:

Banten Hits – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menemui 12 elemen masyarakat dari berbagai latar belakang yang berbeda, mulai dari petani sampai bupati. Di antaranya adalah aktivis anti korupsi dari Banten Uday Suhada.

Uday Suhada, lelaki asal Menes, Pandeglang yang diundang Jokowi 12 Agustus 2015 lalu, kepada Banten Hits mengaku awalnya tidak mengetahui mengapa ia diundang. Yang jelas saat itu, ketika tiba di Istana dia mengetahui selain dirinya ada 11 warga negara Indonesia yang diundang.

Setelah menemui Jokowi, barulah ia menyimpulkan bahwa sang Presiden sedang berupaya untuk menyerap persoalan-persoalan bangsa yang menjadi prioritas, yang berasal dari dan dirasakan oleh masyarakat.

Sebagai contoh, perwakilan dari masyarakat Kalimantan perbatasan Indonesia-Malaysia, menyampaikan soal pertukaran uang, persaingan penggunaan antara rupiah dan ringgit.

Dari elemen petani mengeluhkan, harga bawang yang ditanamnya dibeli oleh pedagang hanya lima ribu rupiah, namun harga jual melambung tinggi. Keuntungan dinikmati pedagang, sementara petani yang bekerja keras menanamnya tetap miskin. Dan pembeli, jadi kehilangan daya beli.

Dari puncak Jaya Wijaya, salahseorang bupati di Papua menyampaikan mahalnya harga-harga yang tidak manusiawi. Sebagai contoh harga satu sak semen yang di pulau Jawa berkisar antara Rp 60-70 ribu, di Papua harganya mencapai Rp 2 juta.

“Ya, intinya Pak Presiden mendengarkan curhat warga negaranya, agar ia dapat menemukan akar persoalan, untuk kemudian mengeksekusinya dengan solusi,” terang Uday kepada Banten Hits, Jum’at (21/08/2015) melalui saluran telepon genggam.

Sementara, untuk persoalan di Banten, Uday sendiri menyampaikan penegakan hukum terkait tindak pidana korupsi yang mangkrak alias tak tuntas. Menurut Uday, Banten adalah provinsi yang disorot karena perilaku korup sejumlah pejabat.

Korupsi di Banten yang paling fenomenal adalah kasus yang melibatkan mantan gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan yang tak lain suami Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany).

Sejumlah dugaan korupsi yang melibatkan keluarga Atut ini, saat ini masih terkatung-katung di lingkungan kejaksaan. Di antaranya perkara korupsi alat kesehatan Banten dan Kota Tangerang Selatan.

(BACA JUGA : Bertemu Presiden, Uday Suhada Minta Korupsi di Tangsel dan Banten Diusut Tuntas)

“Berdasarkan kesaksian terdakwa Kadinkes Tangsel, Airin mengetahui pengaturan proyek Alkes tersebut,” terangnya, Jum’at (21/8/2015).

Selain itu, soal kasus korupsi dana hibah tahun 2011 yang ia laporkan bersama ICW ke KPK, yang kemudian dilimpahkan ke kejaksaan. Seperti diketahui, baru Zaenal Muttaqien dan kawan-kawan yang sudah divonis terkait korupsi dana hibah ini. Padahal penerima hibah Rp 340 milyar itu, terdiri dari 221 lembaga, di antaranya ada nama Tatu Chasanah, Andhika Hazrumi, dan Ade Rosi.(Rus)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related