Riau – Inisiatif Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengirim relawan Tangerang ke lokasi terdampak kebakaran hutan dan lahan atau Karhutlah di Riau, diapresiasi masyarakat yang menjadi korban.
Pada Sabtu, 26 Oktober 2019, Relawan Tangerang menyambangi Panti Asuhan Anak Yatim dan orang terlantar Al Istiqlal di Jalan Harapan Murni Tangkerang, Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
Di lokasi itu, relawan memberikan bantuan torn dan mesin air untuk menampung air yang sangat dibutuhkan warga.
Ketua Palang Merah Indonesia Kabupaten Tangerang Somaatmaja didampingi Kepala Bank BJB Cabang Balaraja Aden Nurmawan menyerahkan secara simbolis torn dan mesin air kepada pimpinan yayasan Panti Asuhan Anak Yatim Al Istiqlal, Dodi.
“Saya berterimakasih kepada relawan Pemkab Tangerang khususnya kepada pak Bupati Zaki Iskandar atas bantuannya semoga allah membalas jasa baik semua,” ungkap Dodi dalam keterangan tertulis.
Panti asuhan ini, lanjutnya, dihuni 65 orang anak yatim yang masing-masing mereka bersekolah di tingkat SD, SMP, bahkan SMK.
“Walau mereka tidak memiliki keluarga, kita semua seperti keluarga besar di sini, makan bersama, belajar dan mengaji,” ucap Dodi.
Soma mengungkapkan rasa harunya karena datang ke panti asuhan anak yatim dapat bersilaturahmi dan berbagi keceriaan dengan anak-anak yatim.
“Alhamdulillah kita bisa berbagi rasa dengan anak-anak yatim di Pekanbaru, mudah-mudahan aksi kemanusian di Riau ini membawa berkah dan manfaat,” ujar pria yang juga Kepala Bapenda Kabupaten Tangerang.
Tim relawan kemudian bertolak ke Kabupaten Kampar dengan jarak tempuh 48 Kilometer untuk melakukan pengobatan gratis di Desa Gobah yang terdampak Karhutlah.
“Aksi kemanusiaan ini diinisiasi Bupati Zaki Iskandar yang merasa prihatin terhadap korban Karhutlah di Riau, kami PMI beserta tim dokter menyiapkan pengobatan gratis bagi korban di tiga Kabupaten/kota di riau,” papar Soma.
Erfadah Kepala Desa Gobah, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, menjelaskan, dampak Karhutlah di Kabupaten kampar memang membuat sebagian warga sulit melalukan aktifitas berkebun.
“Sejak terjadinya Karhutlah, warga ada yang batuk, pilek, pusing karna harus terpaksa bekerja di hutan sawit tanpa menggunakan masker,” jelas Erfandah.
Di Kecamatan Tamnang sendiri ada 17 desa hanya memiliki satu puskesmas. Menurut Erfandah, ada 8 RT dan 4 dusun rata-rata masyarakat Tambang patani sawit dengan harga sawit yang menurun mereka harus bekerja ekstra walah keadaan asap pekat.
“Di sini penghasilan masyarakatnya di perkebunan sawit, dengan harga sawit menurun petani sawit harus bekerja di lahan agar menghidupi keluarganya,” ujar Erfandah.
Editor: Darussalam Jagad Syahdana