Pandeglang – Kabupaten Pandeglang mendapat penghargaan sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA) tingkat madya, setelah sebelumnya meyandang KLA tingkat pratama.
Penghargaan ini diberikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Pandeglang merasa heran dengan naiknya status KLA Pandeglang. Sebab di fasilitas umum seperti Alun-alun Pandeglang masih ditemukan iklan rokok.
“Yang padahal itu jelas bertentangan dengan KLA itu sendiri,” ungkap Ketua Komnas PA Pandeglang, Gobang Pamungkas, Jumat 29 Juli 2021.
Selain iklan rokok, di kantor-kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terutama OPD pelayanan belum tersedia fasilitas penunjang yang layak untuk anak. Seperti minimnya pojok asi dan sarana untuk penitipan anak.
“Jangan sampai kondisi yang terjadi bertolak belakang dengan nilai-nilai KLA,” ujarnya.
Gobang menyarankan Pemkab Pandelang untuk mulai melakukan pembenahan agar implementasi dari KLA benar-benar terasa. Misalnya, bisa dimulai dari menurunkan iklan rokok di alun-alun.
“Makanya saran saya sekali lagi, penghargaan itu harus jadi momen bebenah dan setiap OPD harus bersinergi dalam mewujudkan KLA. Jangan sampai peraihan penghargaan itu jadi bulian banyak pihak,” katanya.
Sementara Kepala DP2KBP3A Kabupaten Pandeglang, Didi Mulyadi mengungkapkan, penghargaan KLA untuk Kabupaten Pandeglang sesuatu yang harus di syukuri. Karena sebelumnya Pandeglang meraih predikat pratama, dan sekarang naik peringkat ke madya.
“Penghargaan KLA dari Kementerian PPPA ini sebagai apresiasi untuk Pemerintah Daerah terhadap berbagai program pembangunan, dalam mendukung dan memihak terhadap hak-hak anak. Maka hal ini perlu diayukuri,” tuturnya.
Ditamahkannya, dari awal Pemerintah daerah berkomitmen untuk mewujudkan KLA dimana Pemkab Pandeglang langsung membentuk gugus tugas KLA, dengan berbagai sektor kelembagaan, melalui pemenuhan hak sipil, lingkungan keluarga, kesehatan, sosial, pendidikan dan lain sebagainya.
“Ini sebagai motivasi bagi kami agar KLA bisa lebih baik lagi,” tandasnya.
Editor : Engkos Kosasih
