Berita Tangerang – Tingkat kematian akibat Tuberkulosis (TBC) sangat tinggi. Karenanya, hingga saat ini penyakit menular tersebut masih mendapat perhatian khusus sejumlah kalangan, tak terkecuali di Kota Tangerang.
Penjabat atau Pj Wali Kota Tangerang, Nurdin, terus mengajak kepada seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan berkolaborasi dalam upaya pencegahan TBC.
Menurut Nurdin, selain jumlah kasus dan kematian yang cukup tinggi, penyakit TBC ini juga dapat bedampak pada produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang sejauh ini telah memiliki treatment khusus untuk mencegah penularan TBC, yakni dengan Asmara yang merupakan akronim dari Aksi Skrining Mandiri Berbasis Masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Nurdin, dalam arahannya saat menghadiri dan membuka acara Peringatan Hari Besar Kesehatan dan Gerakan Indonesia Atasi TBC yang dihadiri oleh para kepala Puskesmas serta kader Asmara TB se-Kota Tangerang di Halaman Balai Warga RW 06 Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Rabu, 22 Mei 2024.
“Pemerintah Kota Tangerang terus berkomitmen dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus TBC dari masyarakat melalui berbagai program-programnya,” kata Nurdin melalui keterangan resmi..
Berkat program-program tersebut, lanjutnya, hingga Desember 2023 sudah dapat ditemukan 10.955 kasus TBC dan telah diobati. Di mana angka ini, sudah di atas 100% dari estimasi kasus yang ada yakni 10.181 kasus TBC di Kota Tangerang.
Menurut Nurdin, upaya pencegahan dan penanganan TBC ini tentunya hanya dapat diwujudkan dengan kolaborasi dan kerja sama dari seluruh pihak termasuk masyarakat itu sendiri.
“Dengan membangun kesadaran kolektif tentang bahaya dan ancaman penyakit TBC, insya Allah penyakit ini dapat kita atasi bersama,” imbuhnya.
Berdasarkan Global TB Report tahun 2020, jumlah kasus TBC di Indonesia tercatat sebanyak 845.000 kasus dan hanya 67% yang melakukan pengobatan, sehingga masih ada potensi penularan dari 33% pasien yang belum diobati.
“Di Kota Tangerang sendiri, ada 582 kasus per 100 ribu penduduk, atau dengan kata lain setiap 1000 orang maka ada 5-6 orang yang merupakan pengidap TBC, dan 2.757 kasus merupakan TBC anak di bawah 15 tahun. Inilah yang perlu disadari bersama bahwa ada potensi ancaman kesehatan yang ada di sekitar kita dan anak-anak kita,” ungkapnya.
“Karena itulah kesadaran kolektif akan bahaya dan ancaman dari TBC ini, menjadi penting agar kita dapat saling menjaga diri dan keluarga terhadap potensi penularan penyakit ini,” sambungnya.
Untuk itu, mantan Kepala Pusdatin Kemendagri ini, menyampaikan apresiasinya kepada para kader Asmara TB yang merupakan ujung tombak dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus TBC.
“Di samping tentunya upaya pencegahan yang aktif dan promotif, melalui skrining dan active case finding, tentunya sangat penting juga untuk penanganan dan pengobatan TBC karena ini harus intensif, obatnya tidak boleh berhenti. Di sinilah peran penting kader untuk terus mengingatkan dan mengedukasi agar pengobatan dan penanganan pasien pengidap TBC dapat tuntas dan sembuh total,” pungkasnya.