Pandeglang – Masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Pandeglang masih merasa resah akan adanya tsunami susulan akibat erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) seperti yang terjadi pada Sabtu 22 Desember 2018.
Keresahan masyarakat itu, terlihat saat masyarakat pesisir pantai seperti di Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, berbondong-bondong mencari tempat tinggi untuk menyelamatkan diri masing-masing pada Selasa malam, 25 Desember 2018, menyusul informasi tsunami susulan akan datang.
Salah seorang relawan KSR UNMA Banten, Tiah mengaku bingung dengan pernyataan-pernyataan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang selalu berubah-rubah setiap harinya.
Menurut Tiah, berdasarkan berita yang dia baca di sejumlah media, informasi yang disampaikan BMKG selalu simpang siur.
“Pada hari Selasa tanggal 25 Desember 2018, BMKG menyebut akan ada tsunami susulan. Tapi pada hari Kamis masih pada bulan yang sama BMKG membantah kabar mengenai potensi tsunami di beberapa wilayah, seperti Banten, dan menyatakan bahwa kabar itu hoax. Sebenarnya yang benar yang mana, BMKG ini kenapa?” kata Tiah, Jumat 28 Desember 2018.
Relawan perempuan yang juga tinggal di pesisir pantai Desa Citeureup itu, meminta agar pemerintah, khususnya BMKG memberikan ifnormasi yang lebih akurat terkait tsunami, jangan sampai isu ini hanya jadi bahan mainan saja.
“Kami di sini ingin tenang berikan kami informasi yang akurat, jangan simpang siur seperti ini yang membingungkan para pengungsi di sini. Kami selalalu resah dan khawatir,” ujarnya.
“Mau sampai kapan begini terus?,” tandasnya.(Rus)