Masa-masa di tahun 1998-1999 adalah masa keemasan sekaligus masa suram bagi Rudy Rozanie (65), perempuan keturunan Tiong Hoa yang kini tinggal di Kawasan Gading Serpong, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.
Di masa itulah Rozanie merasakan penghasilan tinggi sebagai pedagang barang elektronik besar di kawasan Glodok, Jakarta. Namun, dalam sekejap semua yang dimilikinya lenyap saat huru-hara melanda kawasan Jakarta pada Mei 1998. Masa itu pun menjadi titik awal Rozanie untuk bangkit kembali “memulai” hidup bersama suaminya.
Waroeng Betawi
Di sebuah sore di akhir Oktober 2015 yang tenang dengan dibayangi sinar matahari yang belum sepenuhnya hilang, BantenHits.com memulai perbincangan dengan Rozanie, pemilik Waroeng Betawi yang kesohor di Kawasan Kuliner Salsa, Gading Serpong.
Lewat potongan iga sapi dan racikan bumbu andalannya, Rozanie memulai hari-hari untuk kembali mendapatkan impiannya yang telah dirampas. Potongan iga sapi yang masyhur itu jugalah mempertemukan kami. Sore itu kami memesan iga bakar pedas.
“Awalnya saya jualan iga sapi di tenda di pinggir jalan Gading Serpong. Waktu itu saya baru pindah setelah jadi korban penjarahan,” kata Rudy Rozanie memulai perbincangan.
Rudy Rozanie mengisahkan, iga sapi racikannya tak ujug-ujug seterkenal sekarang. Dia berkali-kali harus membuat eksperimen supaya iga sapi buatannya benar-benar pas di lidah.
“Saya ini waktu mudanya doyan makan. Jadi saya tahu makanan yang enak itu seperti apa. Saya pernah minta resep iga sapi di restoran terkenal, tapi gak dikasih. Akhirnya saya belajar sendiri,” terangnya.
Daging Segar Jadi Kunci
Saat obrolan baru berjalan sekitar 7-10 menit, satu porsi iga sapi bakar yang kami pesan dihidangkan di atas meja. Kami pun mulai menyicipinya.
Hmmmm…..Iga sapi racikan Rozanie memang beda. Daging sapinya yang segar dicampur racikan bumbu yang pas, membuat setiap potongan iga sapi yang masuk ke mulut menebarkan kenikmatan. Rasa pedas lezat langsung nempel di lidah.
Rozanie mengatakan, salah satu cara agar iga sapi olahannya terasa segar adalah daging sapinya yang merupakan olahan utama. Dia tak pernah mau menggunakan daging sapi yang sudah berada dalam freezer. Semua dagingnya serba dadakan.
Iga sapi di tempat ini ada banyak variannya, seperti iga sapi bakar dan iga sapi rebus. Dua jenis iga sapi itu juga masih bisa disesuaikan dengan pesanan: sedang, pedas, atau super pedas. Pokoknya, apapun levelnya, rasa iga sapi ini pasti nampol.
Sebetulnya, kedai makan Rudy Rozanie adalah warung yang menyedaiakan makanan khas Betawi. Karenanya, nama warung ini adalah Waroeng Betawi Rudy Rozanie. Selain iga sapi, ada juga menu lainnya yakni ayam bakar, ikan bakar dan tentunya sayur asem khas Betawi.
“Suami saya (Rudy) adalah Betawi asli. Makanya kami namakan Waroeng Betawi,” terangnya.
Pelanggan dari Luar Kota
Kelezatan rasa iga bakar di Waroeng Betawi Rudy Rozanie dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut. Warung itu pun dengan cepat memiliki pelanggan di seputaran Gading Serpong dan Kota Tangerang. Ketika Salsa Gading Serpong dibuka, Rozanie menempati salah satu tempat yang berhadapan langsung dengan panggung pertunjukan.
Kini, pelanggan Waroeng Betawi Rudy Rozanie tak hanya berasal dari Tangerang saja, melainkan sudah menyebar ke daerah lainnya di luar Kota Tangerang, seperti Serang dan Bandung. Omzet yang didapat Rozanie pun sudah berlimpah. Bahkan, tiga anak Rudy dan Rozanie kini telah lulus kuliah di perguruan tinggi ternama di Jakarta dan sudah sukses hidup sendiri-sendiri.
Rozanie mengakhiri ceritanya soal iga sapi dan jalan hidupnya yang terguncang akibat huru-hara reformasi di Indonesia. Sementara, piring iga sapi di meja kami telah tandas menyisakan keringat di wajah kami yang terus bercucuran.
Iga sapi Rudy Rozanie memang dahsyat seperti cerita kehidupan pembuatnya….