Lebak – Jumlah warga di Kabupaten Lebak yang mengalami sakit jiwa terbilang cukup tinggi. Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat menyebuat, ada lebih dari 1.000 orang mengalami sakit jiwa. Sejumlah faktor yang menjadi pemicu seseorang mengalami sakit jiwa sedang hingga berat disebabkan karena depresi, masalah ekonomi dan keturunan.
Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Dinkes Lebak, Nana Suhana mengatakan, berdasarkan laporan sementara yang masuk di bulan Oktober dari 34 puskesmas, ada 803 warga yang mengalami sakit jiwa. Sebanyak 483 di antaranya dinyatakan ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa), sisanya sakit jiwa ringan.
“Belum semua puskemas melaporkan datanya, daria 44 baru 34 yang sudah menyerahkan laporannya. Jadi, jumlahnya bisa lebih dari 1.000 orang,” kata Nana, Rabu (22/11/2017).
Nana mengakatakan, 286 orang sudah menjalani perawatan lanjutan baik di puskesmas maupun rumah sakit dan 52 orang dipasung dengan pengawasan petugas puskesmas, sedangkan sisanya menjalani pengobatan alternatif.
“Artinya, yang dipasung ini secara berkala ditengok oleh petugas untuk diberikan obat,” ujarnya.
Diakui Nana, pengobatan alternatif masih tinggi. Hal ini dikarenakan sebagaian warga yang menganggap bahwa sakit jiwa disebabkan karena gangguan makhluk halus dan merasa hal ini merupakan aib keluarga.
“Padahal mereka itu bisa sembuh dengan medis. Tapi sayang, di lapangan banyak keluarga menolak dengan alasan malu dan takut penyakitnya kumat lagi,” ungkap Nana.
Sebenarnya sambung Nana, penyebab pasien ODGJ kembali kumat justru karena kondisi lingkungan keluarga yang mengasingkan dan tidak memberikan perawatan dengan baik.
“Pasien ODGJ itu sekalipun sudah sembuh masih membutuhkan perhatian dan rutin diberikan obat. Jangan sampai lepas karena secara medisnya selama belum sembuh total maka diharuskan minum obat seumur hidup,” jelasnya.
Terkait penanganan ODGJ, Dinkes Lebak secara berkala memberikan obat serta merujuk pasien ke rumah sakit jiwa dan memberikan pelayanan kesehatan jiwa gratis di seluruh puskesmas.
“Dalam waktu dekat ini kita juga akan membentuk kader kesehatan jiwa di setiap desa untuk menjalankan tugas mendeteksi warga diduga mengalami gangguan jiwa,” tutupnya.(Nda)
