Ketika Alam, Pemerintah dan Jawara Disebut dalam Doa Baduy di Ujung Kulon

Date:

Kekeringan kini tengah melanda Banten, pun dengan wilayah lainnya di Indonesia. Bagi masyarakat Suku Adat Baduy, kekeringan merupakan tanda kurang baik bagi bumi. Karenanya mereka harus melaksanakan perintah leluhur yang mereka terima lewat wangsit.

(BACA JUGA : Ada Tanda Alam Kurang Baik, Suku Baduy Akan “Nengo” Gunung Honje di Ujung Kulon)

Wangsit yang diterima para pembesar Baduy adalah berdoa untuk keselamatan umat manusia, di Gunung Honje yang terletak dalam Kawasan Nasional Ujung Kulon.

Wartawan Banten Hits Dian Sucitra berkesempatan mengikuti perjalanan ritual suku adat Baduy ke Gunung Honje, Senin (10/8/2015). 

(BACA JUGA : Menghadap Pulau Panaitan Suku Baduy Tunaikan Perintah Leluhur di Ujung Kulon)

Setelah mendaki kurang lebih tiga jam lamanya, ritual yang dipimpin Jaro Tanggungan 12 Ayah Saidi dimulai. Ritual ini jarang disaksikan masyarakat umum.

Ritual dilakukan di bawah batu besar dengan diameter sekira tiga meter yang berimpitan dengan sebuah pohon besar. Petinggi Baduy bersama delapan orang Baduy lainnya, mengeluarkan persyaratan yang sudah dipersiapkan, yaitu daun sirih serta seisinya yang digunakan untuk menyirih, serta kemenyan.

Jaro Tanggungan 12 mulai komat-kamit dengan suara hampir tidak terdengar, sehingga tidak bisa memastikan kalimat apa saja yang keluar dari mulutnya. Samar-samar terdengar kalimat ampun-ampun. Sirih yang diletakan di hadapan masing sudah tersedia, Jaro Dainah kemudian memberi komando.

“Hayu (ayo),” ujarnya.

Kesembilan orang Kanekes tersebut menempelkan kedua telapak tangan tepat di atas sirih lalu menariknya sampai kening seperti menyembah. Tanpa sujud hanya duduk saja bersahaja.

Kemudian semuanya nyirih, bibir dan gigi mereka memerah. Karena meyakini ritual masih berlangsung, Banten Hits tidak bertanya maupun berkomentar. Pada saat itu, para pembesar suku Baduy tersebut bicara persoalan-persoalan yang ada dalam lingkungan adatnya.

Saat pembicaraan tersebut berjalan, satu persatu mereka (Kecuali Jaro Tanggungan 12 Ayah Saidi Putra) menyelinap ke sela-sela batu besar dan akar. Asap kecil terlihat dan aroma kemenyan dibakar menyapa hidung. 

Banten Hits menyaksikan di dalam ruang antara batu besar dan pohon, mereka komat-kamit dan menyembah dengan cara yang sama. Setelahnya, ritual berdo’a seperti dimulai dari awal kembali. Terdengar kata-kata yang meluncur dari Ayah Saidi. Kata-kata tersebut adalah alam, pamarentah (pemerintah), dan jawara. 

Ketika ritual itu usai, Ayah Saidi menjelaskan, bahwa mereka memohon leluhur untuk menyelamatkan alam, seperti kekeringan yang melanda bumi.

“Lain di Kanekes bae, jang luar Baduy oge (bukan di Kanekes saja, tapi yang di luar Baduy juga),” jelasnya.

Sementara soal pemerintahan, warga Baduy berdo’a agar pemerintah yang berkuasa dapat berlaku adil dan mengedepankan kepentingan masyarakat. Sementara kalimat Jawara, adalah soal keamanan Banten.

“Maksudna lamun aya jawara nu ngamuk di Banten pang-tiiskeun (maksudnya jika ada yang mengamuk di Banten, tolong redam),” ungkapnya sambil menjelaskan agar leluhur turun tangan langsung dalam mendamaikan situasi.

Penutup ritual, masing-masing Baduy membungkus dua kemenyan dengan daun sirih dan mereka simpan. Sementara Banten Hits dan dua pemandu dari penduduk setempat hanya mendapatkan satu bungkus.

Ayah Saidi yang diminta penjelasan, mengatakan bahwa bungkusan pertama didoakan dengan maksud memohon ampun kepada Leluhur dan Tuhan yang mereka yakini. Karena meminta kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka, maka yang di luar kepercayaan mereka tidak diberi bungkusan pertama. 

Sedangkan bungkusan kedua adalah untuk doa keselamatan. Itulah kenapa kemenyan yang diterima Banten Hits hanya satu.

“Menta ampun mah moal bisa, mun salametmah kabehan oge teu nanaon (Meminta ampun tidak boleh, tetapi meminta keselamatanmah pasti semua mau),” ujarnya.(Rus)

 

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Mau Tahu Ragam Produk Batik Khas Kota Tangerang? Datanglah ke Kampung Batik Kembang Mayang!

Berita Tangerang - Bagi Anda yang ingin mengetahui ragam...

Mengenal Golok Sulangkar Khas Baduy yang Mematikan: Hanya Bisa Dimiliki ‘Orang-orang Terpilih’

Lebak- Kekayaan alam dan budaya baduy memang seksi untuk...

Akhir Pekan Ala Aleg PKS Banten, Blusukan ke Wilayah Pelosok Lebak hingga Turun Ronda

Lebak- Iip Makmur, Anggota DPRD Provinsi Banten memutuskan untuk...

KPJ Rangkasbitung Rilis Lagu saat Pandemi Corona, Judulnya ‘Jangan Mudik Dulu’

Lebak- Kelompok Penyanyi Jalan (KPJ) Rangkasbitung merilis sebuah lagu...