Puncak gunung tertinggi dalam sebuah keinginan
Keinginan dalam hidup napas yang bergolak
Jalan menerjang perih getir dalam darah yang mengalir
Aku, matahari pun tau aku bersinar lebih darinya
Angin pun tau aku bertiup kencang lebih darinya
Hujan pun tau aku membanjiri harapan lebih darinya
Puncak gunung tertinggi dalam sebuah keinginan
Keinginan dalam hidup napas yang bergolak
Jalan menerjang perih getir dalam darah yang mengalir
Aku, matahari pun tau aku bersinar lebih darinya
Angin pun tau aku bertiup kencang lebih darinya
Hujan pun tau aku membanjiri harapan lebih darinya
Harapan itu kian membuyarkan isi kepalaku
Tergonjang-ganjing dalam kemelut napas yang terhela
Setumpuk harap kian cemas, tebang dan rampas hembusan kata pemati jiwa
Biar semua kata terbayar dalam rintikan air pembanjir sang wajah
Yang menciptakan yang melihat dan mendengar
Jalan itu ada dan pasti ada
Walau harapan terbuka bagai lubang jarum jahit.
Penulis: Herna Silviyanti, Mahasiswi di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung. Penulis juga adalah Kader Korps HMI Wati (Kohati) Kom. Setia Budhi Rangkasbitung.