19.000 Santri di Banten Akan Penuhi KP3B

Date:

Banten Hits – Tidak kurang sekitar 2.000 santri dari Kabupaten Pandeglang akan berkumpul di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), di Kota Serang, Kamis (22/10/2015). Ribuan santri dari Pandeglang tersebut nantinya akan bergabung dengan 17.000 santri dari berbagai daerah di Banten. Belasan ribu santri asal Banten tersebut akan berkumpul dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo, Kamis (15/10) kemarin.

Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesentren (FSPP) Kabupaten Pandeglang, KH. Khozinur Asror kepada Banten Hits, di kediamannya di Jalan Jiput Menes Kadu Tomo Jiput, Pandeglang, Senin (19/10), mengatakan, sebelum menuju KP3B, ribuan santri Pandeglang terlebih dahulu akan berkumpul di alun-alun Pandeglang. Dari alun-alun, mereka secara beriringan akan menuju ke Kota Serang dan bergabung dengan belasan ribu santri lainnya di KP3B.

“Ya, kami tengah mempersiapkan sekitar 2.000 lebih santri yang akan berangkat ke Serang untuk berkumpul dengan 17.000 santri lainnya,” kata KH. Khozinur Asror.

Ki Asror sapan akrab Khozinur Asror mengungkapkan, ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 mendapat apresiasi dan rasa syukur. Pasalnya, keputusan tersebut membuat komunitas sarungan atau santri sudah diakui Negara dan tidak lagi tereliminar, bahkan bisa dianggap santri sejajar dengan komunitas lain.

“Sangat positif. Komunitas sarungan sudah tidak tereliminir dan  bisa sejajar dengan komunitas celana dan berdasi. Jadi sekarang, orang modern tidak harus malu punya menantu kaum santri, karena sudah diakui oleh negera dengan Keppres itu,” ucapnya.

Tanggal 22 Oktober 1945 diputuskan sebagai resulusi jihad Nahtadul Ulama (NU). Resolusi jihad tersebut merupakan pertama kali kaum santri, kaum kiyai yang memulai jihadnya sebelum pada tanggal 1 dan pecahnya pada tanggal 10 November yang diperingati sebagai hari Pahlawan. Namun, putusan 22 Oktober tersebut tidak tercatat dalam sejarah bangsa ini.

“Padahal, saat itu Bung Tomo menghadap ke KH. Hasyim Asa’ari di Jombang untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan perang. Seperti mau demo aja, pasti teklap (teknik lapangan) dulu, manajemen konfliknya bagaimana, rekrutmen massanya dari mana, tidak mungkin tiba-tiba langsung meletus perang pada tanggal 10 November, dan proses itu terjadi pada 22 Oktober. Di situlah spirit jihadnya. Tapi saat itu, tidak tercatat dalam sejarah, maka kesimpulanya ditetapkanya peringatan Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober,” paparnya. (Nda)

Author

Terpopuler

Share post:

Berita Lainnya
Related

Penyeragapan Polsek Balaraja di Cangkudu, Satu Orang Dicokok Dua Lainnya Masih Diburu

Berita Tangerang - Jajaran Polsek Balaraja, Polresta Tangerang, Polda...

Airin Sudah Keliling 1.552 Desa, Golkar: Bukti Serius Ingin Mengabdi kepada Warga

Berita Banten - Sejak ditugaskan Partai Golkar menjadi calon...

BPK Koordinasi dengan Auditor soal Karantina Hewan di Desa Tanjung Burung yang Diduga Dijual ke Pengembang

Berita Tangerang - Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia atau...

Tegas! Pj Wali Kota Siapkan Sanksi untuk ASN di Kota Tangerang yang Terlibat Politik Praktis

Berita Tangerang - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang akan menyiapkan...